Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

JK: Toleransi di Indonesia Lebih Baik Dibanding Negara Lain

Indonesia sering menjadi rujukan negara lain belajar toleransi beragama.

29 Oktober 2017 | 15.31 WIB

Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi pengarahan kepada peserta ASEAN Youth Interfaith Camp 2017 di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 2017. TEMPO/Ahmad Faiz
material-symbols:fullscreenPerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi pengarahan kepada peserta ASEAN Youth Interfaith Camp 2017 di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 2017. TEMPO/Ahmad Faiz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jombang - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan toleransi umat beragama di Indonesia lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Tak heran jika Indonesia sering menjadi rujukan negara lain untuk belajar menjalankan toleransi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kalla mengatakan hal itu saat berbicara di depan ratusan pemuda dari berbagai negara dalam acara ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2017 di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU), Jombang, Jawa Timur, Minggu, 29 Oktober 2017. Dia memaparkan toleransi antarumat beragama di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JK mengatakan ada banyak peninggalan dari para pendiri bangsa yang menunjukkan bagaimana toleransi antarumat beragama di Indonesia terjalin. Contohnya soal peringatan hari raya keagamaan yang diakui sebagai hari libur nasional, meski jumlah penganut agama tersebut sedikit.

"Buddha yang pemeluknya hanya satu persen pun ada hari rayanya. Ini tidak terjadi di negara lain di dunia ini," kata JK. Dia membandingkan kenyataan ini dengan negara-negara lainnya, misalnya Cina dan Thailand. "Di Cina, di Thailand yang mayoritas Buddha dan Hindu ada enggak Idul Fitri? Enggak ada," ujar JK.

Di negara ASEAN lainnya, yaitu di Filipina, kata JK, penetapan Idul Fitri sebagai hari libur nasional juga baru-baru saja dilakukan, pada 3-4 tahun lalu.

Selain soal penetapan hari raya keagamaan, JK melanjutkan, pengakuan keragaman juga ada pada susunan kabinet yang dibentuk pemerintah. Menteri-menteri di Indonesia menganut agama yang berbeda-beda. Begitu pula di tingkat daerah. Meski mayoritas penduduk beragama Islam, ada sejumlah provinsi yang dipimpin gubernur dari nonmuslim. Itu menandakan bahwa Indonesia tidak membeda-bedakan pemeluk agama. Generasi muda perlu memahami bagaimana membina toleransi dan harmoni tersebut.

Menurut JK, toleransi dan harmoni di antara umat beragama bisa terbangun bila satu sama lain saling mengenal. "Setelah saling memahami, respect each other," katanya.

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus