Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Jokowi Sindir Pihak yang Suka Tuding Dirinya Antek Asing

Menurut Jokowi, di usia ke-74, Indonesia seharusnya sudah dewasa dalam mengelola segala perbedaan, termasuk membuka pintu bagi pihak asing.

18 September 2019 | 12.47 WIB

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Kota Pekanbaru, 17 September 2019. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Perbesar
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi kebakaran hutan dan lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan, Kota Pekanbaru, 17 September 2019. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyindir orang-orang yang kerap menuding pemerintah sebagai antek asing tiap mengeluarkan kebijakan yang berhubungan dengan negara lain. Padahal menurut Jokowi, terbuka terhadap kemajemukan bisa menjadi kunci memajukan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Mantan gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan perubahan yang dialami oleh Uni Emirat Arab. Menurut dia, 40 tahun lalu UEA merupakan negara tertinggal tapi sekarang mampu berubah menjadi negara maju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Salah satu kunci utamanya keterbukaan dan toleransi," katanya saat meresmikan pembukaan Forum Titik Temu "Kerja Sama Multikultural untuk Persatuan dan Keadilan" di Hotel Double Tree Hilton, Cikini, Jakarta, Rabu, 18 September 2019.

Ia menuturkan, UEA mau membuka pintu bagi pihak asing dengan mengundang para profesional dari seluruh dunia dan ditempatkan menjadi tenaga ahli atau pimpinan perusahaan sambil transfer pengetahuan ke penduduk mereka. "Di sini (Indonesia), baru ide, gagasan, gimana kalau tiga universitas kita pakai rektor asing. Baru bicara seperti itu sudah langsung Presiden Jokowi antek asing," ujarnya disambut gelak tawa hadirin.

Jokowi berujar isu kemajemukan bukan hanya isu sosial dan poltik. Penerimaan kemajemukan menjadi isu pembangunan eknonomi. Tanpa menerima kemajemukan, kata dia, suatu kelompok masyarakat akan jadi tertutup dan tidak berkembang.

Ia pun mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali ke semangat Bhineka Tunggal Ika, yakni mampu mengelola kemajemukan sambil merawat toleransi dan berani terbuka demi kemajuan bangsa.

Menurut Jokowi, di usia ke-74, Indonesia seharusnya sudah dewasa dalam mengelola segala perbedaan, termasuk membuka pintu bagi pihak asing. Jangan belum-belum (teriak) antek asing, antek aseng, itu yang namanya emosi keagamaan bukan cinta keagamaan," tuturnya.

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus