Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Kisruh Data Covid-19, Angka Kematian Diduga Lebih Tinggi

Majalah Tempo edisi terbaru menemukan kisruh data penanganan Covid-19. Angka kematian dan kasus positif diduga lebih tinggi dari laporan resmi.

5 Juli 2020 | 10.38 WIB

Warga tengah berziarah dipemakaman dengan protokol Covid-19 di TPU Jombang, di Tangerang Selatan, Banten 25 Mei 2020. Untuk melakukan ziarah kubur pada masa pandemi Covid-19, TPU Jombang menerapkan aturan saat berziarah dengan mengenakan masker, cuci tangan saat keluar masuk pemakaman serta dibatasi maksimal 5 orang dan dibatasi waktunya 10 menit bergantian dengan peziarah lainnya. TEMPO/Nurdiansah
Perbesar
Warga tengah berziarah dipemakaman dengan protokol Covid-19 di TPU Jombang, di Tangerang Selatan, Banten 25 Mei 2020. Untuk melakukan ziarah kubur pada masa pandemi Covid-19, TPU Jombang menerapkan aturan saat berziarah dengan mengenakan masker, cuci tangan saat keluar masuk pemakaman serta dibatasi maksimal 5 orang dan dibatasi waktunya 10 menit bergantian dengan peziarah lainnya. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia diduga lebih tinggi ketimbang laporan yang terus diperbarui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 saban sore.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Majalah Tempo edisi 4 Juli 2020, menemukan angka kematian yang selama ini disampaikan oleh juru bicara penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, tidak sama dengan data yang tertera di sistem Bersatu Lawan Covid. Sistem yang diluncurkan Gugus Tugas Covid-19 itu mengintegrasikan data di rumah sakit dan laboratorium.

Misalnya pada 17 Juni lalu, Data Rumah Sakit Online yang tercantum di sistem Bersatu Lawan Covid menunjukkan jumlah pasien meninggal 10.735 orang. Sedangkan angka yang diumumkan Yurianto adalah 2.276.

Pada Jumat, 3 Juli lalu, jumlah orang meninggal akibat Covid-19 mencapai 13.885, lebih dari empat kali lipat angka kematian yang diumumkan, sebanyak 3.036. Pada data yang sama, jumlah kasus positif pun jauh lebih banyak. 

Angka kematian yang lebih tinggi itu mengikuti definisi menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Pada 11 April, WHO mendefinisikan angka kematian akibat Covid-19 adalah pasien yang terkonfirmasi positif terpapar Corona berdasarkan hasil tes laboratorium dan mereka yang meninggal dengan gejala klinis mirip kasus corona. Di Indonesia, kriteria terakhir itu meliputi orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan.

Ketika dikonfirmasi, Yurianto mengatakan informasi yang disampaikannya setiap hari merupakan data surveillance dari Public Health Emergency Operating Centre Kementerian Kesehatan dan laboratorium jejaring Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Data itu kemudian dikirimkan ke Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan untuk diverifikasi.

Ihwal tak masuknya data orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan yang meninggal, Yurianto menyebutkan WHO tak meminta data tersebut.

“Untuk apa saya laporkan sesuatu yang tidak dibutuhkan?” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan itu seperti dikutip dari Majalah Tempo edisi 6-12 Juli 2020. “Yang dibutuhkan masyarakat itu informasi bagaimana memakai masker yang benar, cuci tangan, dan menjaga jarak,” katanya.

Baca cerita lengkap soal sengkarut data Covid-19 ini di Majalah Tempo, "Buta Data Menghadapi Corona"

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus