Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Koalisi Masyarakat Sipil Desak Jokowi Stop Anggaran Alutsista Rp 1.700 T Lebih

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan mengkritik rencana modernisasi alutsista dengan anggaran Rp 1.700 triliun lewat skema utang.

4 Juni 2021 | 02.30 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau Pameran Industri Pertahanan usai menghadiri Rapat Tingkat Pimpinan Kementerian Pertahanan di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis 23 Januari 2020. Rapim Kemhan Tahun 2020 juga memamerkan produk - produk Alutsista hasil produksi dari industri dalam negeri baik dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). TEMPO/Subekti.
Perbesar
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau Pameran Industri Pertahanan usai menghadiri Rapat Tingkat Pimpinan Kementerian Pertahanan di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis 23 Januari 2020. Rapim Kemhan Tahun 2020 juga memamerkan produk - produk Alutsista hasil produksi dari industri dalam negeri baik dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan mengkritik rencana modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan anggaran Rp 1.700 triliun lebih lewat skema utang. Anggaran tersebut dinilai berlebihan dan tidak tepat di situasi Covid-19 saat ini.

Koalisi pun mendesak Presiden Joko Widodo untuk memerintahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto agar tidak melanjutkan agenda tersebut. Sebab, rencana ini akan membebani dan mencederai hati masyarakat. "Masyarakat sedang mengalami kesulitan dan krisis ekonomi akibat pandemi," demikian keterangan resmi koalisi di Jakarta, Kamis, 3 Juni 2021.

Sebanyak 12 organisasi terlibat dalam koalis ini, yaitu Imparsial, PBHI, ELSAM, HRWG, LBH Pers, ICW, SETARA Institute, LBH Jakarta, ICJR, KontraS, Centra Initiative, dan Public Virtue Research Institute.

Sebelumnya, rencana ini tertuang dalam draf Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2020-2024 yang beredar, kebutuhan anggaran Alpalhankam untuk Renstra 2020-2044 mencapai USD 124 miliar.

Koalisi menilai modernisasi alutsista merupakan hal penting dalam memperkuat kapasitas pertahanan Indonesia. Namun, upaya peningkatan tersebut perlu dilakukan secara bertahap, jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Sejak 2009, koalisi menyebut pemerintah sebenarnya telah merancang program bertahap tersebut melalui program MEF (Minimum Essential Force). Dalam setiap tahap MEF, pemerintah menganggarkan kurang lebih sebesar Rp 150 triliun setiap lima tahun untuk belanja alutsista sejak 2009 dan berakhir pada 2024.

Koalisi melihat peningkatan anggaran alutsista yang berlebihan serta keluar dari skema MEF ini adalah berlebihan, tidak beralasan, dan sangat kental dimensi politisnya. Patut dicurigai, kata mereka, bahwa peningkatan anggaran sektor pertahanan ini tidak terlepas dari kepentingan politik kontestasi pemenangan Pemilu 2024 yang membutuhkan biaya politik.

Untuk itu, koalisi juga mendesak pemerintah umengaudit seluruh pengadaan alutsista yang dilakukan melalui skema MEF selama ini. Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah menghapus peran pihak ketiga (broker) dalam rencana modernisasi alutsista karena berpotensi tinggi terjadi praktik korupsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus