Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dua kali gempa bumi secara beruntun yang melanda Kabupaten Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, mengakibatkan kerusakan parah.
Ratusan gedung pemerintah dan rumah penduduk roboh.
Korban meninggal mencapai 42 orang. Angka ini kemungkinan bertambah karena diduga masih banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan.
JAKARTA – Dua kali gempa bumi secara beruntun yang melanda Kabupaten Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat, mengakibatkan kerusakan parah. Sesuai dengan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga kemarin malam, lindu ini mengakibatkan ratusan gedung pemerintah dan rumah penduduk roboh. Korban jiwa akibat gempa tersebut mencapai 42 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Kominfo, Persandian, dan Statistik Sulawesi Barat, Safaruddin Sanusi, mengatakan pemerintah daerah memprediksi angka korban jiwa ini masih akan bertambah. Sebab, masih banyak orang yang diduga tertimbun reruntuhan bangunan. Masih banyak puing bangunan yang belum dievakuasi karena terhambat tidak adanya alat berat. “Tim masih melakukan pencarian di reruntuhan bangunan,” katanya, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan pemerintah daerah belum dapat secara optimal mengevakuasi maupun memeriksa semua korban yang kemungkinan berada di balik reruntuhan bangunan karena terhambat tidak adanya peralatan evakuasi. Hingga kemarin, pemerintah masih mengandalkan peralatan sederhana untuk mencari korban.
“Akses jalan menuju Kabupaten Mamuju dan Majene juga tertutup akibat tanah longsor. Kondisi ini menyulitkan relawan, Basarnas, dan TNI-Polri masuk ke lokasi untuk melakukan evakuasi,” katanya.
Menurut Safaruddin, gempa bumi ini mengakibatkan semua jaringan komunikasi di Kabupaten Majene dan Mamuju terputus. Kondisi ini menyulitkan pemerintah daerah berkoordinasi dengan tim di lapangan untuk mengetahui jumlah korban secara cepat. "Informasi yang kami peroleh, banyak masyarakat lari ke gunung untuk mengungsi," ujarnya.
Gempa pertama terjadi pada pukul 13.35 WIB, Kamis lalu. Lindu dengan magnitudo 5,9 ini terjadi di daratan Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, pada kedalaman 10 kilometer. Sebelas jam berselang, terjadi lindu susulan yang lebih kuat, dengan magnitudo 6,2. Pusat gempa kedua ini berdekatan dengan lindu pertama. Lindu tersebut terasa hingga di enam kabupaten di Sulawesi Barat dan beberapa daerah di Sulawesi Selatan.
Sebuah mobil dan bangunan rusak akibat gempa bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2020. ANTARA/Akbar Tado
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi masih akan terjadi gempa susulan yang lebih besar dari lindu kedua. Prediksi itu mengacu pada gempa susulan sebanyak 28 kali yang terjadi di sela lindu pertama dan kedua. Gempa susulan berpotensi memicu longsor di bawah laut. “Perlu kami sampaikan bahwa masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang lebih kuat,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, kemarin.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati, mengatakan sesuai dengan data lembaganya, gempa ini telah mengakibatkan 189 orang luka berat dan 637 orang luka ringan. “Ribuan orang mengungsi di Majene dan Mamuju,” katanya.
Ia mengatakan saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sejumlah kabupaten, TNI-Polri, Basarnas, dan relawan tengah menuju ke lokasi bencana. Mereka akan membantu mengevakuasi korban serta mendirikan tenda pengungsian.
Adapun Kepala Pelaksana BPBD Sulawesi Barat, Darno Majid, menyatakan para pengungsi akan dievakuasi ke tempat-tempat aman, seperti di stadion olahraga Mamuju. Saat ini tenda pengungsian tersebar di beberapa titik di Kecamatan Mamuju, seperti di depan rumah dinas Gubernur Sulawesi Barat dan kantor BPBD Sulawesi Barat. "Tadi kesepakatan kami, titik pengungsian ditempatkan di stadion. Di situ aman bila terjadi gempa susulan dan tsunami," kata Darno.
Warga melintasi tiang listrik yang melintang di jalan raya pascagempa bumi, di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2021. ANTARA/Akbar Tado
Ia mengatakan seluruh pengungsi dari Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene akan dipindahkan ke stadion olahraga Mamuju. Tujuannya untuk memudahkan pengawasan dan distribusi logistik, terutama kebutuhan pokok.
Informasi berbeda diperoleh dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Barat, Muhammad Hatta. Politikus Partai NasDem ini mengatakan masih banyak masyarakat korban gempa di Kecamatan Tapalang, Mamuju; dan Kecamatan Malunda, Majene, yang memilih mengungsi ke daratan tinggi. Mereka mendirikan tenda-tenda seadanya karena belum mendapat bantuan dari pemerintah.
Hatta mengatakan para pengungsi ini terisolasi karena jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Majene dan Mamuju terputus. Jalur ini terputus akibat tanah longsor di beberapa titik saat gempa. “Saya melihat sendiri masih banyak korban gempa belum tertangani,” kata Hatta. Saat ini Hatta berada di Tapalang. Ia terisolasi saat tengah dalam perjalanan dari Polewali Mandar ke Mamuju ketika terjadi gempa.
Corporate Secretary PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry, Shelvy Arifin, mengatakan saat ini operasional Pelabuhan Mamuju juga ditutup akibat gempa. Beberapa bangunan Pelabuhan Mamuju mengalami kerusakan, seperti area parkir, akses jembatan menuju dermaga, ruang tunggu penumpang, dan kantor ASDP.
Shelvy mengatakan pihaknya tengah mengecek kondisi dermaga apung dan talud sisi laut. Mereka mengantisipasi berubahnya posisi dermaga dan memantau kemungkinan adanya keretakan yang berdampak terhadap longsoran.
Ia juga memperoleh informasi bahwa akses jalan maupun jembatan menuju Pelabuhan Mamuju ikut terputus. "Laporan dari lokasi, akses komunikasi dan jaringan listrik masih terputus total," kata Shelvy. Ia mengatakan pelabuhan akan dibuka lagi setelah situasi kembali normal.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | AVIT HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo