Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Harmonisasi antara masyarakat desa dan negara adalah solusi untuk masalah pembangunan desa, menurut Mahfud MD, calon wakil presiden nomor urut 3. Menurut pasangan cawapres Ganjar Pranowo, negara saat ini terlalu banyak melibatkan desa, terutama dalam hal administrasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sebenarnya ada pepatah, desa mawa cara, negara mawa tata. Ini yang di daerah lain tidak jalan,” katanya dalam Debat Cawapres 2024 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Ahad kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari Jurnal Cakrawala Hukum, "desa mawa cara" dan "negara mawa tata" berarti "desa membawa cara" dan "negara membawa tata". Dalam debat cawapres putaran kedua lalu, Mahfud MD memberikan contoh Desa Panggungharjo, salah satu desa di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai contoh keberhasilan harmonisasi tersebut. Menurutnya, desa tersebut sangat maju karena memiliki program seperti koperasi, irigasi, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat, konsep Desa Mawa Cara dan Negara Mawa Tata menjadi landasan yang kian diperbincangkan. Desa Mawa Cara menekankan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal untuk meningkatkan kesejahteraan. Sementara itu, Negara Mawa Tata merujuk pada tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif dalam menjalankan roda pembangunan.
Desa Mawa Cara, atau dikenal juga sebagai desa berbasis potensi lokal, menggugah masyarakat untuk lebih terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program pembangunan. Dalam konteks ini, desa dianggap sebagai entitas yang mampu mengelola sumber daya alam, budaya, dan sosial dengan cara yang berkelanjutan. Pendekatan ini membangkitkan semangat gotong-royong dan kebersamaan, memungkinkan masyarakat untuk merumuskan solusi yang sesuai dengan kebutuhan lokal mereka.
Negara Mawa Tata, di sisi lain, menekankan pentingnya tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan efisien. Pemerintah yang baik akan menciptakan kebijakan yang mendukung pengembangan desa, memberikan dukungan infrastruktur, dan memastikan alokasi anggaran yang tepat. Dengan kata lain, negara yang baik menjadi mitra strategis dalam mewujudkan visi Desa Mawa Cara.
Hal yang menjadi poin utama dalam pepatah ini adalah pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan sebagai suatu proses berkelanjutan. Dengan menerapkan Desa Mawa Cara dan Negara Mawa Tata, diharapkan pembangunan dapat berjalan holistik, merata, dan berkelanjutan. Ini bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mencakup aspek-aspek sosial, budaya, dan lingkungan. Sebagai sebuah visi pembangunan, konsep ini menjanjikan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi masyarakat di berbagai pelosok negeri.
Desa Mawa Cara dan Negara Mawa Tata bukanlah sekadar konsep, melainkan panggilan untuk transformasi. Dengan masyarakat yang terlibat secara aktif, desa dianggap sebagai kekuatan yang mampu membentuk nasibnya sendiri. Semangat gotong-royong dan kebersamaan menjadi pendorong utama dalam mengelola sumber daya alam, budaya, dan sosial dengan cara yang berkelanjutan.
Keseimbangan dalam pembangunan hanya dapat tercapai melalui kolaborasi erat antara masyarakat dan pemerintah. Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata bukanlah konsep terpisah, melainkan satu kesatuan visi pembangunan holistik. Kolaborasi ini menjanjikan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh negeri.