Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Menghina Almarhum Mbah Moen, Pelaku Diduga Terlibat Paham Radikal

Pada 7 Agustus 2019, sehari setelah Mbah Moen wafat, Daffa menulis status di Facebook yang dinilai melecahkan kiai besar itu.

10 Agustus 2019 | 13.45 WIB

Umat muslim mengangkat jenazah KH Maimun Zubair seusai dimandikan di Masjid Muhajirin Khalidiyah, Mekkah, Selasa, 6 Agustus 2019. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Annur, Mekah.  ANTARA/Hanni Sofia
Perbesar
Umat muslim mengangkat jenazah KH Maimun Zubair seusai dimandikan di Masjid Muhajirin Khalidiyah, Mekkah, Selasa, 6 Agustus 2019. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu mengembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Annur, Mekah. ANTARA/Hanni Sofia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Malang - Pemilik akun Facebook Ahmad Husein, yang dianggap diduga menghina almarhum KH Maimun Zubair atau Mbah Moen diduga menjadi korban cuci otak paham radikal. Mbah Moen wafat pada Selasa pagi lalu, 6 Agustus 2019, di Mekkah.

Fulvia Daffa Umarela Wafi, 20 tahun, pemilik akun itu adalah warga Kedungsalam, Donomulyo, Kabupaten Malang. “Ekspresinya terlihat korban doktrin paham tertentu,” kata Ketua Barisan Gus Dur, Dimas Lokajaya, hari ini, Sabtu, 10 Agustus 2019. “Ekspresi wajahnya datar, tak ada penyesalan saat menyampaikan permintaan maaf.” 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Daffa diperkirakan terpapar paham radikalisme karena salah pergaulan dan mengikuti pengajian yang menanamkan paham radikalisme. Dimas menduga Daffa memiliki jaringan luas namun di hadapan para pemuda Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dia tak mau mengakuinya.

Daffa mengenal kelompok berpaham radikal diduga saat mengenyam kuliah di Kota Malang. Dimas tengah menyelidiki jaringan itu.

Pada 7 Agustus 2019, sehari setelah Mbah Moen wafat, Daffa bertulis, "turut bersuka cita yang sedalam-dalamnya atas kematian si mumun zubair. alhamdulillah populasi NU berkurang, saya orang Muhammadiyah, gak ada gunanya berduka atas kematian orang NU.”

Akibat status di media sosial tersebut nyaris terjadi konflik dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni NU dan Muhammadiyah.

Pendiri NU dan Muhammadiyah, menurut Dimas, satu guru. Selama ini tak ada perbedaan, selalu rukun. “Status itu telah mengadu domba. Memancing konflik. Ini serius bukan guyonan,” katanya.

Dimas mengingatkan pemuda dan mahasiswa agar berhati-hati dalam bergaul. Waspada terhadap doktrin paham tertentu dan cuci otak.

Orang tua Daffa, Sukri, menjelaskan bahwa anak pertamanya itu tak menyelesaikan kuliah. Dia berpindah ke dua kampus berbeda. Sukri juga menegaskan jika anaknya mengalami gangguan kejiwaan. “Saat ini mendapat perawatan dari psikiater,” ucapnya.

Sukri tak menjelaskan gangguan kejiwaan seperti apa yang dialami Daffa. Sukri, seorang pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Malang lantas meminta maaf lantaran anaknya telah membuat kegaduhan karena menyinggung kiai besar Mbah Moen.

EKO WIDIANTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eko Widianto

Eko Widianto

Koresponden Tempo di Malang

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus