Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan hubungan Indonesia dengan Uni Eropa (UE) tak hanya berpengaruh pada pembangunan tiap-tiap pihak, tapi juga memperkuat keduanya dalam menghadapi tantangan global.
Hal itu disampaikan Retno saat membuka Pertemuan Komite Bersama Indonesia-UE di Brussels, Belgia, pada 28 November waktu setempat.
“Kerja sama adalah kata kunci, karena di dunia yang sangat terikat ini tidak ada satu pun negara yang dapat hidup sendiri,” ujar Retno dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri, Selasa, 29 November 2016.
Menurut Retno, hubungan Indonesia dengan UE semakin kuat sejak Perjanjian Kemitraan Komprehensif (PCA) diimplementasikan pada 2014. “Di tengah situasi global yang tak menentu, kemajuan hubungan merupakan fondasi kuat untuk meningkatkan kesejahteraan lebih dari 750 juta rakyat Indonesia-UE.”
Retno mengungkapkan sejumlah kesepakatan yang telah dicapai kedua pihak pada 2016, seperti pencabutan tiga maskapai penerbangan Indonesia dari daftar larangan terbang UE. Ketiga maskapai yang dimaksudkan adalah Batik Air, Citilink, dan Lion Air.
Ada pula perundingan Indonesia-UE yang berjudul “Comprehensive Economic Partnership Agreement” (IEU CEPA). Kepada perwakilan UE untuk urusan Luar Negeri dan Keamanan, Federica Mogherini, Retno menyampaikan bahwa IEU CEPA tak hanya akan membantu perdagangan dan investasi, tapi juga meningkatkan kerja sama pembangunan, khususnya pembangunan kapasitas masyarakat Indonesia dan UE.
Perundingan pertama IEU-CEPA, ujar Retno, telah menyepakati arsitektur perundingan, seperti format Working Group dan Sub-Working Group. “Indonesia menyambut baik putaran kedua negosiasi pada awal 2017 di Indonesia, yang akan membahas substansi IEU CEPA,” tuturnya.
Mogherini, dalam kesempatan yang sama, juga menyatakan kekagumannya terhadap pluralisme di Indonesia. Kesan itu didapatnya saat mengunjungi Indonesia tahun lalu.
Menurut dia, kehidupan harmonis antar-agama dan antar-etnis di Indonesia harus menjadi contoh bagi UE. Mogherini pun menyampaikan keinginannya untuk meluncurkan suatu program pada 2017, yang bisa membantu pihaknya mempelajari kehidupan pluralisme di Indonesia.
Pertemuan Retno dan Mogherini juga membahas isu global lain, seperti situasi di Timur Tengah, migrasi, terorisme, isu di Rakhine State, serta situasi di ASEAN dan Eropa.
UE merupakan investor terbesar keempat Indonesia pada 2015 dengan nilai kerja sama sebesar US$ 2,26 miliar pada 1.437 proyek.
Organisasi itu juga merupakan mitra dagang terbesar keempat Indonesia dengan nilai perdagangan mencapai US$ 26,14 miliar. Jumlah wisatawan UE ke Indonesia pada 2014 juga besar, yaitu mencapai 997.932 orang.
YOHANES PASKALIS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini