Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KALENDER 1983 itu berukuran 53 x 39 cm, berwarna, terdiri dari
enam halaman. Tiap halaman bergambar cewek, sendirian atau
ditemani cowok tampan. Semuanya potret reklame, menawarkan
produk baterai ABC dan minuman Champindo. Kalender tersebut
memang disebarluaskan PT International Chemical Industrian Co.
di Jakarta Barat, yang memproduksi kedua produk itu.
Tak ada yang istimewa sebenarnya. Tapi inilah kalender yang di
awal bulan ini dihebohkan, kemudian dilarang beredar, dan
disita. Alasan: pada lembar ketiga, berpenanggalan Mei dan Juni
1983, ada gambar palu arit, persis seperti simbol partai
komunis.
Pada lembar yang dimaksud terpampang gambar cewek dan cowok yang
lagi asyik. Cowoknya tak berbaju gaya Mao atau berpiyama hitam
seperti gerilya Khmer Merah, tapi berstelan jas putih berbaju
kaus merah, lehernya berkalung emas --gaya cowok masa kini.
Ceweknya tak bercaping petani, tapi ber-T-shirt mutakhir,
mengenakan jeans dan bersepatu Dunlop.
Lalu di mana si palu arit? Ternyata di dada T-shirt si cewek.
Baju itu bergambar sebuah wajah biru, berambut hitam, agak
mengerikan. Di kening wajah itulah nampak gambar palu-arit
merah. Di bawah gambar wajah ini terlintas tulisan namun tak
terbaca. Karena, pas pada bagian ini, kaus berlekuk-lekuk.
Syahdan, orang pun menemukan gambar itu, lantas melaporkannya ke
pihak yang berwajib.
Danres Cianjur, Ja-Bar, Letkol Soelaeman, menyatakan diri
petugas pertama yang menyita itu kalender, sebanyak 15 biji. Di
Ja-Tim, juga berkat laporan masyarakat, oleh Kodak X Ja-Tim
disita sebanyak 18 ribu eksemplar lebih. Di Yogyakarta tak
diketahui persis berapa yang beredar. Tapi menurut salah seorang
dari agen besar batu baterai di Semarang, kalender itu beredar
di Ja-Teng dan Yogyakarta dalam jumlah ribuan.
Total jenderal, di seluruh Indonesia, menurut Puspen Hankam
pekan lalu dari 100 ribu eksemplar kalender tersebut yang
dicetak, 42 ribu sudah sempat diedarkan, 37 ribu telah berhasil
ditarik kembali. Yang 58 ribu masih tersimpan di gudang PT
International Chemical Industrial (ICI) Co. Tapi siaran pers
Hankam itu menyatakan, kasus ini "belum ada tanda-tanda atau
indikasi yang mengarah sebagai kegiatan dengan tujuan politik
tertentu."
Lalu bagaimana ini terjadi? Direktur PT ICI Co., Husain
Djojonegoro, tak bisa ditemui. Menurut Patcy Arvertising, yang
sejak dua tahun lalu menangani iklan batu baterai ABC, PT ICI
Co. dalam hal membuat kalender memesan disain dari biro reklame
luar negeri, lantas diolah lagi dengan Patcy. "Tapi disain
kalender yang 1983 itu bukan dari kami," kata pihak Patcy.
Perusahaan Image Arvertising, yang menangani reklame minuman
Champindo, pun tak tahu menahu tentang kalender tersebut. Sebab,
"kami baru sekitar dua bulan berdiri, dan baru sebulan yang lalu
menangani iklan Champindo," kata wakil pimpinannya.
Seorang pegawai PT ICI Co., yang namanya tak ingin disebutkan,
menceritakan bagaimana biasanya perusahaan ini membuat kalender:
gambar klise dipesan dari luar negeri, lalu dicetak di
Indonesia. Untuk kalender 1983 ini pun demikian: model yang
dipotret untuk iklan itu pun artis luar negeri, entah Hongkong
atau Singapura.
Dalam proses itu, agaknya telah terjadi keteledoran. Dalam
sebuah klise slide, yang ukurannya biasanya 6 x 6 cm, gambar
palu arit pada T-shirt cewek itu memang gampang luput dari mata
biasa. Apalagi bila yang diperhatikan ialah soal ceweknya cantik
atau tidak apakah produk yang ditawarkan jelas terpampang atau
tidak -- sebagaimana kebiasaan pihak pemesan gambar reklame.
Adapun pihak percetakan -- tak diperoleh keterangan percetakan
mana yang mencetak kalender ini -- tentulah juga lebih mengurusi
apakah kalender yang dicetak gambarnya tidak meleset, apakah
warnanya sudah cocok.
Maka memang besar kemungkinan, bahwa soalnya soal alpa belaka.
Perusahaan mana sih yang berani ambil risiko main-main seperti
itu?
Adapun tentang si cewek asing yang mengenakan itu T-shirt sial,
bisa saja dia simpatisan komunis yang memanfaatkan lowongan.
Atau bisa saja sebaliknya: siapa tahu bahwa gambar palu arit di
jidat tokoh seram itu ternyata dari sebuah poster dengan
kata-kata, umpamanya: "Ganyang Komunis!"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo