Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DAHLAN Iskan jadi-jadian akan muncul di banyak tempat pada saat konvensi calon presiden dari Partai Demokrat. Menteri Badan Usaha Milik Negara ini membuat strategi khas untuk meningkatkan popularitasnya: menciptakan sebanyak mungkin duplikat. Orang-orang yang menamakan diri "Relawan Demi Indonesia" dibuat berpenampilan mirip dirinya. Mereka akan mengenakan sepatu merek "DI" dan memasang senyum lebar ketika mengetuk pintu rumah calon pemilih.
Tak akan menjelaskan Dahlan siapa, para duplikat hanya ditugasi bertanya dan mendengarkan. "Sebab, itu ciri Pak Dahlan," kata Amal Alghozali, koordinator Relawan Demi Indonesia, Kamis pekan lalu. Yang ditanyakan ke pemilih hanya satu: siapa Dahlan Iskan. Relawan lalu mendengarkan penjelasan mereka. Bila masyarakat balik bertanya, barulah para Dahlan Iskan kloningan ini menerangkan. Karena itu, mereka wajib membaca buku-buku tentang Dahlan.
Para volunteer tidak hanya disuruh menduplikasi penampilan dan senyum sang patron. Mereka pun diminta meniru gaya bicaranya. Berupaya menyerupai Menteri Badan Usaha Milik Negara itu, mereka cuma menanggalkan kemeja putih yang lengannya digulung sesiku—ciri lain Dahlan. "Baju kebesaran" itu diganti dengan kaus putih bergambar Dahlan.
Pada 22 Agustus lalu, sebagian relawan berkumpul di ruang Balairung Kirana, Hotel Kartika Chandra, Jakarta, dalam acara "Silaturahmi Relawan Demi Indonesia". Pertemuan itu dihadiri anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Tiopan Bernhard Silalahi; ustad Yusuf Mansyur; dan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia Ismed Hasan Putro.
Menurut Amal, Sekretaris Departemen Pertanian Partai Demokrat, Relawan Demi Indonesia mulanya hanya sekumpulan pengagum Dahlan di dunia maya. Terserak dalam sejumlah komunitas—di antaranya Dahlanis, Diskon (Dahlan Iskan Koneksi), dan TrenDI—mereka lalu mengadakan kopi darat. Dari situ muncul gagasan membentuk tim relawan betulan. Dahlan setuju, lalu memodali Amal untuk mengontrak rumah di Jalan Hang Tuah Nomor 59, Jakarta. Sejak Juli lalu, rumah yang diberi nama Padepokan Demi Indonesia itu resmi menjadi markas.
Setelah Dahlan resmi diumumkan sebagai satu dari sebelas peserta konvensi, ReDI—demikian kependekan Relawan Demi Indonesia—langsung menggelar hajatan. Bertempat di Pantai Panjang, Bengkulu, mereka membaca ikrar Relawan. Acara ini juga dihadiri T.B. Silalahi. Menurut Amal, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara era Orde Baru itu merupakan pendukung utama Dahlan. "Beliau ikut menggembleng para relawan," ujar Amal.
Membantah menjadi anggota tim sukses Dahlan, T.B. Silalahi mengaku sebagai penasihat. "Tapi tidak terbatas pada Dahlan. Kalau calon lain meminta nasihat, saya oke saja," katanya.
Amal mengklaim jumlah relawan sudah ribuan dan tersebar di seantero Tanah Air. Jumlah mereka meningkat pesat kabarnya karena ditunjang jaringan Grup Jawa Pos, perusahaan media Dahlan. Sebagian yang hadir ke acara di Kartika Chandra adalah petinggi media Grup Jawa Pos di tiap daerah. Selain itu, banyak yang menjadi koordinator relawan di daerah.
Kepada Galvan Yudistira dari Tempo, Dahlan tak memungkiri banyak wartawan Grup Jawa Pos menjadi pendukungnya. Tapi, kata dia, jumlahnya tak lebih banyak daripada yang nonwartawan. Itu pun karena sukarela. Dahlan mengatakan tak pernah memerintahkan anak buahnya menjadi volunteer. "Instruksi saya, jangan mengorbankan media untuk kepentingan saya," ujarnya. Menurut Dahlan, media yang jadi corong pemiliknya tak akan berkembang.
Konvensi Partai Demokrat yang akan dilaksanakan hingga April tahun depan diikuti Anies Baswedan, Ali Masykur Musa, Dahlan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang. Pemenang akan ditentukan melalui hasil sigi tiga lembaga survei.
Sementara tim Dahlan sudah tersebar sampai ke pelosok, pendukung Gita Irawan Wirjawan masih terpusat di Jakarta. Mereka menyebut diri "Relawan Gerakan Cinta Tanah Air", yang diringkas jadi Relawan Gita. Menurut Kastorius Sinaga, koordinator Relawan Gita, jumlah mereka baru sekitar 350 orang. Aktif sejak Juni lalu, Relawan Gita bermarkas di kantor Jaringnews, media online yang dipimpin Kastorius, di Jalan Setiabudi Barat Nomor 15, Jakarta.
Sejauh ini, tim Kastorius baru merangkul mereka yang kelak jadi koordinator relawan. Menurut Kastorius, yang juga Ketua Departemen Luar Negeri Partai Demokrat, Relawan Gita dimotori pula oleh politikus Benny Kabur Harman dan ekonom Pande Radja Silalahi. Relawan sudah dibekali pengetahuan lewat serangkaian diskusi di markas. Pembicara diskusi itu antara lain Ulil Abshar Abdalla, Ikhsan Modjo, dan Rachland Nashidik—ketiganya politikus Demokrat.
Tak mau menyebutkan nama, Kastorius mengklaim sejumlah pengusaha, akademikus, dan politikus sudah merapat ke Menteri Perdagangan itu. Satu sumber mengatakan salah seorang dari mereka adalah Nusron Wahid, politikus Golkar yang juga Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor. Di luar urusan politik, Nusron adalah wakil Gita di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia.
Selain menggunakan jalur relawan, Gita membentuk regu lain. Pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Ade Armando, direkrut sebagai penasihat. Namun, kata Ade, tim resmi belum terbentuk. Gita baru akan mendeklarasikannya pada akhir bulan ini.
Walau begitu, tim bayangan ini sudah sering bertemu. Tempat pertemuannya antara lain restoran di Senayan National Golf Club. Menurut Ade, mereka terdiri atas para profesional, praktisi hubungan masyarakat dan periklanan, serta akademikus. Mereka sadar Gita tak punya akar sampai daerah. Demi lebih dikenal, Gita mesti sering dilihat masyarakat. Salah satunya lewat videotron—baliho elektronik—dengan mengiklankan program Kementerian Perdagangan. "Itu sumbangan dari pendukung," kata Ade.
Menggalang dukungan lain, Gita pun bergabung dengan Barisan Indonesia (Barindo), organisasi kemasyarakatan yang didirikan Letnan Jenderal Purnawirawan Muhammad Yasin. Pada 24 Agustus lalu, Gita terpilih sebagai ketua umum menggantikan Muchayat, mantan Deputi Menteri BUMN. Menurut Kastorius, Barindo bakal menjadi tim inti penopang Gita.
Ade Armando mengatakan Gita tak main-main mengikuti konvensi. Hanya, posisinya sebagai menteri menghadangnya untuk bergerak lebih leluasa. Karena itu, Gita berpikir-pikir untuk mundur pada Desember nanti setelah membereskan sejumlah hal. Salah satunya mengikuti persamuhan Forum Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Bali pada Oktober nanti.
Peserta dari lingkup internal Demokrat, Marzuki Alie, mengandalkan tim sukses lamanya dalam Kongres Demokrat di Bandung, 2010. Loyalisnya antara lain Max Sopacua dan Syofwatillah Mohzaib—keduanya politikus Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat. Adapun bekas tim sukses Andi Alifian Mallarangeng dalam Kongres Demokrat lari ke Pramono Edhie Wibowo. Berbeda dengan calon eksternal yang mesti membuat jaringan baru, Marzuki dan Pramono relatif lebih gampang menggunakan infrastruktur partai: pengurus Demokrat di daerah.
Endriartono Sutarto, juga peserta konvensi dari luar partai, tak gentar meski tak didukung pengurus Demokrat. Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini sudah membangun tim sejak dua tahun lalu. Ia menghimpun cendekiawan, aktivis, pengusaha, hingga purnawirawan. Yang sudah bisa disebut namanya adalah mantan Komandan Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Amir Sembiring, mantan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Marsekal Madya Purnawirawan Rio Mendung Thalieb, dan mantan Wakil Komisaris Pertamina Umar Said.
Berbeda dengan Dahlan dan Gita, Endriartono menyatakan tak akan menamai tim suksesnya dan tak membuat slogan-slogan untuk menarik suporter. "Kami menawarkan gagasan," ujarnya. "Yang tertarik akan mendukung."
Anton Septian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo