Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Sidoarjo - Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Ma'ruf Amin mengatakan jihad santri saat ini bukan jihad fisik, tapi jihad pemikiran dan ekonomi. "Sesuai dengan tantangannya," katanya saat menghadiri peringatan puncak Hari Santri Nasional di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad, 22 Oktober 2017.
Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia ini, jihad santri sekarang adalah jihad pemikiran melawan kelompok radikal dan intoleran yang kerap menimbulkan kegaduhan serta mencoba mengganti Pancasila sebagai ideologi negara. "Sehingga santri sekarang harus mengawal negeri ini dari pemikiran yang destruktif itu," ujarnya.
Baca: Hari Santri Nasional, Said Aqil Ingatkan Bahaya Dunia Digital
Selain berjihad dengan pemikiran, kata Ma'ruf, santri harus melakukan jihad ekonomi. Santri diminta melawan kesenjangan ekonomi yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial. Karena itu, menurut dia, pesantren harus menjadi pusat ekonomi dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. "Ini bagian arus baru ekonomi Indonesia," ucapnya.
Puncak Hari Santri Nasional di Stadion Gelora Delta diperingati dengan pemecahan rekor MURI dengan pembacaan kitab kuning berjudul Nasoihul Ibad karya Syekh Nawawi Al Bantany oleh lebih dari 50 ribu santri. Syekh Nawawi Al Bantany adalah kakek Ma'ruf.
Simak: Puluhan Ribu Santri di Sidoarjo Pecahkan Rekor Baca Kitab Kuning
Ma'ruf meminta para santri selalu menghidupkan semangat jihad. Menurut dia, dulu, semangat jihad melawan penjajah lahir dari kitab kuning. Kitab kuning telah merefleksikan sikap santri terhadap penjajahan. "Sehingga mengusir penjajahan dan kemudian lahir 10 November 1945 (resolusi jihad)," tuturnya.
NUR HADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini