Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SETIAP malam, Saelan memacu sepeda motornya membelah kegelapan. Bersama pengojek lainnya, pria berusia 48 tahun itu biasa ngetem di Plaza Kudus. Lewat tengah malam, barulah ia pulang ke rumah dengan membawa uang Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Belum sempat lama tertidur, sehabis salat subuh, dia bangun untuk mempersiapkan materi mengajar pagi hingga siang harinya. Begitulah Saelan mengisi hari. Siang mengajar, malam membelah kegelapan demi beberapa belas ribu rupiah. Tuntutan hidup memaksa ayah empat anak itu merangkap dua pekerjaan sekaligus. Tapi hidupnya tetap saja kembang kempis. ''Gaji saya sudah habis dipotong pinjaman koperasi," tutur lelaki kurus ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo