Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sekolah dengan sejumlah fasilitas

Peminat sekolah tinggi akuntansi negara (STAN) banyak. para lulusannya berprospek baik. namun seleksinya ketat. stan didirikan untuk memenuhi tenaga ahli akuntan di depkeu & instansi pemerintah lainnya.

3 Juni 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMASUKI tahun kuliah baru, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta kebanjiran peminat. Dua buah tenda besar dipancangkan di depan kampusnya, di Jalan Purnawarman, dan 10 loket dibuka. Sampai pekan lalu lebih dari lima ribu calon mahasiswa mengambil formulir pendaftaran. Telah disiapkan 11 ribu formulir dan diperkirakan akan ludes sampai batas akhir pendaftaran pertengahan Juni ini. Padahal, yang diterima hanya 650 mahasiswa baru. Tahun lalu STAN menerima 600 mahasiswa dan yang mendaftar sekitar 9 ribu. Menurut Direktur STAN, Seno, M.Sc., banyaknya peminat itu wajar karena jaminan masa depan buat lulusannya. STAN selain menjanjikan prospek yang baik, mahasiswanya mendapatkan ikatan dinas Rp 60 ribu per bulan. Selain itu sarana lengkap, dari asrama sampai buku-buku. Lulusannya langsung menjadi pegawai negeri dan bekerja di BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), Bepeka (Badan Pemeriksa Keuangan), inspektorat jenderal departemen-departemen atau di BUMN yang berada di bawah Departemen Keuangan. "Selama ini, 75% lulusan STAN dipekerjakan di BPKP," kata Seno lagi. Karena jaminan itulah persyaratan menjadi mahasiswa STAN cukup berat. Yang dicari adalah lulusan SMA dan SMEA dengan memiliki nilai rata-rata 6,5. Untuk mata pelajaran matematika dan tata buku nilainya tak boleh di bawah 7. Usia calon mahasiswa tak boleh melebihi 21 tahun. Lebih dari itu, menjadi mahasiswa STAN juga tidak gampang. Sekolah tinggi ini menerapkan SKS murni secara ketat. "Di sini tidak ada istilah menabung seperti di perguruan tinggi yang lain," kata Seno. Artinya, SKS diperlakukan per paket. Kalau tidak lulus, mahasiswa harus DO (drop out). Mahasiswa tak diperkenankan mengulang apabila gagal di tingkat I, II, dan IV. Hanya di tingkat III, menjelang mendapatkan gelar Ajun Akuntan, mereka boleh mengulang mata kuliah yang belum lulus. Selama tiga tahun pertama menjalani kuliah, mahasiswa tidak diperkenankan menikah. Kemudian, bagi yang ingin melanjutkan studi di tingkat IV, terlebih dahulu harus bekerja minimal dua tahun. Itu pun harus lulus saringan lagi. Lulusan STAN dikenai masa ikatan dinas 18 tahun untuk Ajun Akuntan -- setara dengan D-III -- dan 24 tahun untuk Akuntan -- lulus setingkat D-IV. Lulusan STAN yang tak ingin menjadi pegawai negeri -- karena tergiur bekerja di swasta, misalnya -- diwajibkan membayar ganti rugi Rp 10 juta untuk lulusan D-III dan Rp 30 juta untuk lulusan D-IV. Sebab, sekolah tinggi ini didirikan untuk memenuhi tenaga ahli akuntan di Departemen Keuangan dan instansi-instansi pemerintah yang lain. Atas dasar itu pula, sejak berdiri tahun 1975, STAN terus-menerus menjaga dan meningkatkan mutu dengan hanya mengeluarkan lulusan yang siap pakai. Tak peduli dia anak siapa, kalau misalnya harus drop, ya, didrop. Setiap tahun ada sekitar 15% mahasiswa STAN berguguran. "Anak saya sendiri juga pernah tidak lulus kuliah di situ," kata Kepala BPKP Drs. Gandhi. Mutu lulusan STAN diakui baik. Ini juga dibenarkan oleh Gandhi yang banyak memakai tenaga lulusan itu. "Mereka itu begitu dilepas langsung jalan," katanya. "Kalau sarjana yang dari universitas, harus dituntun dulu." Di STAN selain ada program D-III untuk tenaga akuntan menengah dan program D IV untuk spesialis akuntan, ada yang disebut Program Terminal atau istilahnya program pendidikan pembantu akuntan -- khusus untuk memenuhi kebutuhan tenaga pemeriksa jenjang terendah. Lama pendidikannya setahun. Sekolah tinggi ini awalnya bernama Kursus Jabatan Ajun Akuntansi (KJAA). Kemudian dijadikan Jurusan Akuntansi pada Institut Ilmu Keuangan (IIK). IIK ini kemudian beralih nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan. Berdasarkan Keppres No. 34 tahun 1974 perguruan itu akhirnya ditutup. Namun, karena pemerintah memandang masih diperlukan tenaga akuntan, Jurusan Akuntansi itu tidak dibubarkan, dan berdirilah STAN. Departemen Keuangan cukup memanjakan sekolah tinggi ini. Selain mempunyai kampus di Jalan Purnawarman, Jakarta Selatan, STAN membangun gedung baru di Jurangmangu, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang -- tak seberapa jauh dari Bintaro. Di kampus baru seluas 26 hektar itu telah dibangun asrama mahasiswa, perumahan dosen, laboratorium, juga masjid dan kantin. Kepada TEMPO, Menteri Keuangan J.B. Sumarlin mengatakan, "Pengembangan STAN itu memang penting." Tenaga akuntan, kata Menteri, amat diperlukan oleh pemerintah dan swasta. "Karena tugas pemerintah semakin luas. Jadi, diperlukan kemampuan administrasi dan pengawasan," kata Sumarlin. Masalahnya adalah apakah penerimaan mahasiswa baru itu sudah diproyeksikan dengan kebutuhan. Kalau berbagai fasilitas dibangun besar-besaran sementara suatu saat kebutuhan akan akuntan dirasa cukup, tentulah menjadi mubazir. Dan model begini banyak dijumpai pada sekolah-sekolah tinggi yang tidak dikelola oleh Departemen P dan K.Agus Basri, Linda Djalil dan Zed Abidien

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus