Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Suara Mahasiswa: Plus dan Minus Kuliah Tatap Muka, Kluster Baru Covid-19?

Mendikbud Ristek Nadiem Makarim mengizinkan kampus untuk menyelenggarakan kuliah tatap muka. Ini tanggapan beberapa mahasiswa.

4 Oktober 2021 | 13.05 WIB

Sejumlah mahasiswa mengikuti uji coba perkuliahan tatap muka di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah, Rabu, 7 April 2021. Perkuliahan yang berlagsung singkat tersebut dihadiri oleh mahasiswa dalam jumlah terbatas karena masih masa pandemi. Foto: Bram Selo
Perbesar
Sejumlah mahasiswa mengikuti uji coba perkuliahan tatap muka di kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, Jawa Tengah, Rabu, 7 April 2021. Perkuliahan yang berlagsung singkat tersebut dihadiri oleh mahasiswa dalam jumlah terbatas karena masih masa pandemi. Foto: Bram Selo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun masih dalam keadaan pandemi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah mengizinkan kuliah tatap muka. Terdapat pro kontra mengenai pengadaan kuliah tatap muka di kalangan mahasiswa. Sejumlah mahasiswa opini mereka tentang plus minus kuliah offline.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Rahma, mahasiswa Antropologi Unair memberikan pendapatnya tentang kuliah tatap muka. "Kalau plusnya sebenarnya ada banyak. Jurusan saya kan identik sama penelitian lapangan, tapi kita sama sekali belum pernah merasakan riset secara langsung. Apalagi aku mengambil peminatan Antro Ragawi yang banyak praktikumnya. Pemahamanku soal materi pasti bakal lebih baik jika ikut praktikum luring," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rahma mengatakan, ada beberapa fasilitas kampus yang hanya dapat dirasakan secara langsung, seperti meminjam buku di perpustakaan. Ia juga merasa bahwa mendengarkan penjelasan dosen secara langsung akan jauh berbeda dibandingkan melalui daring.

Namun ia juga memikirkan pandemi yang masih mengkhawatirkan para dosen dan mahasiswa. "Khawatir akan ada klaster baru meskipun sudah vaksin. Selain itu juga ongkos akan lebih mahal," katanya. Rahma menyatakan siap untuk kuliah offline asalkan tidak mendadak.

"Menurut saya kuliah offline kelebihannya adalah pembelajaran yang lebih efektif serta lebih mudah bagi mahasiswa semester 5 untuk melakukan observasi lapangan," ujar Luna, seorang mahasiswi tingkat tiga di Universitas Negeri Surabaya.

"Kekurangannya yaitu, karena sudah lama melakukan kuliah daring, jadinya kebiasaan saat kuliah daring masih terbawa. Hal tersebut tentu akan memerlukan adaptasi lagi," kata dia. Ia mengatakan bahwa ia siap karena keperluan untuk semester depan membutuhkan kuliah offline.

Meskipun dua mahasiswa lain siap dengan kuliah luring, Azzahra, mahasisiwa Universitas IPB menyatakan sebaliknya. "Plusnya, belajar jadi lebih enak karena bisa interaksi secara langsung, bisa dapat lingkungan yang mendkung pembelajaran, uang ukt lebih berasa digunain, bisa akses fasilitas kampus, bisa bertemu teman dan gak terbatas juga secara komunikasi. Minusnya, takut ada kluster lain dan gelombang covid, pembelajarannya onine agak tertinggal jadi pas mau offline jadi takut ketinggalan," katanya.

VALMAI ALZENA KARLA 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus