Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Survei: Elektabilitas TB Hasanuddin-Anton Charliyan Meningkat

Elektabilitas TB Hasanuddin meningkat pascadebat Pilgub Jabar 2018 di Balairung UI beberapa waktu lalu.

27 Mei 2018 | 12.51 WIB

Calon gubernur-wagub Jawa Barat TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. ANTARA
Perbesar
Calon gubernur-wagub Jawa Barat TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat Tubagus atau TB Hasanuddin-Anton Charliyan meningkat pasca-debat Pemilihan Gubernur atau Pilgub Jabar 2018 di Balairung UI 14 Mei 2018 lalu. Hasil riset lembaga ILMA Research and Consulting menyebut pasangan TB Hasanuddin-Anton Charliyan sebesar 19,5 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Angka tersebut masih berada di bawah pasangan lainnya seperti Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang meraih elektabilitas 28,63 persen dan Deddy Mizwar/Dedi Mulyadi (2D) 27,88 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) dalam survei itu meraih angka elektabilitas paling buncit yaitu 5,13 persen. Sedangkan yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab 18,88 persen.

Direktur Eksekutif Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial (EDAS) Wawan Gunawan menilai hasil survei tersebut menunjukkan elektabilitas pasangan Hasanah trennya meningkat dan bukan mustahil dapat menjadi kuda hitam pada Pilgub Jabar.

Menurut Wawan, jika mesin partai dan para elite PDI Perjuangan maupun partai pengusung lainnya serius, bukan tidak mungkin pasangan Hasanah menjadi kuda hitam.

"Yang paling penting adalah elite dan mesin partai pengusung sungguh-sungguh bekerja. Menaikkan elektabilitas, tidak bisa hanya mengandalkan pada kerja pasangan calon saja," katanya.

Menurut Wawan, kerja keras dan gotong royong adalah kunci keberhasilan pasangan Hasanah mempertahankan tren positif peningkatan elektabilitas.

Ideologi gotong royong yang selama ini diusung oleh PDI Perjuangan, kata dia, diuji pada pilkada ini.

"Kalau PDI Perjuangan masih konsisten dengan ideologi gotong royong, Hasanah bisa menang," katanya.

Pengajar pada Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Bandung ini menambahkan bahwa waktu kampanye yang hanya tersisa 30 hari, cukup bagi TB Hasanuddin dan Anton Charliyan untuk terus meningkatkan elektabilitasnya.

"PDI Perjuangan harus mendorong mesin partai dan semua komponen untuk memenangkan Hasanah, harus bekerja habis-habisan," katanya.

Wawan juga mengingatkan sebanyak 31 juta pemilih di Jabar itu mayoritas rakyat kecil (wong cilik), segmen masyarakat yang paling diperjuangkan PDI Perjuangan sehingga sikap kegotongroyongan juga dibangun di tengah sebagian besar rakyat Jabar.

Kalau PDI Perjuangan menerapkan ideologi gotong royong pada Pilgub Jabar, menurut dia, tidak menutup kemungkinan Hasanah bisa menyalip pasangan lainnya.

"Pasangan calon lain yang sudah merasa lebih unggul, tentu ada kelemahannya, di antaranya sudah tidak ngotot berjuang lagi," katanya.

Wawan melihat pasangan Hasanah meningkat elektabilitasnya setelah debat kedua pilkada karena pasangan ini memiliki program kerja jelas dan realistis untuk diterapkan.

"Masyarakat Jawa Barat lebih mudah mencernanya," katanya.

Survei ILMA dilakukan pada 15-20 Mei 2018. Pada debat kedua pilkada yang disiarkan langsung melalui stasiun televisi, pemirsa memilih pasangan Hasanah 16,63 persen, 2D 15 persen, Rindu 14,13 persen, serta Asyik 9,13 persen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus