Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tak Ada Perintah dari Orang Lain

Tersangka Penusuk Wiranto, Syahrial Alamsyah alias Abu Rara:

2 November 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERBEKAL pisau kunai, Syahrial Alamsyah alias Abu Rara merangsek ke arah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan saat itu, Wiranto, yang baru mendarat di Alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, pada Kamis, 10 Oktober lalu. Ia kemudian menikam perut sasarannya. Menurut Syahrial, ia melakukan perbuatan tersebut karena merasa keyakinannya dihina. Ia menyanggah anggapan bahwa tindakannya berhubungan dengan Jamaah Ansharud Daulah (JAD)—kelompok yang terafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Pada Jumat, 25 Oktober lalu, wartawan Tempo, Raymundus Rikang, menemui Syahrial di Jakarta Selatan. Berbalut baju koko putih, Syahrial banyak tertunduk. Sepanjang wawancara, nada bicaranya lirih. Suara pria 51 tahun itu baru bergelegak ketika ditanyai soal dugaan rekayasa penusukan Wiranto.

Sebagian orang menilai perbuatan Anda di Pandeglang adalah rekayasa.

Saya benar-benar menusuk Pak Wiranto, kok.

Anda yakin pisau itu melukai Wiranto?

Setelah saya menusuk perut Pak Wiranto sekali, saya mendengar dia mendesah, “Aaagh” (Syahrial memperagakan posisi tubuh meringkuk sambil memegang perut). Setelah itu, Pak Wiranto roboh. Jadi saya yakin tusukan itu mengenai perutnya.

Ada bercak darah Wiranto di tangan Anda?

Jari kelingking saya berdarah setelah penusukan itu. Tapi itu karena luka di jari saya.

Tapi pisau Anda tampak bersih setelah penikaman.

Saya enggak sempat melihat--lihat kondisi pisau setelah menusuk karena langsung dilumpuhkan para pengawal. Saya tak tahu apakah ada darah Pak Wiranto di pisau itu.

Anda memang mengincar Wiranto karena menganggap dia selalu berseberangan dengan kelompok radikal?

Qadarullah atau takdir Allah bahwa ia yang datang ke Pandeglang. Saya -tetap akan melakukan amaliyah meski yang datang bukan Pak Wiranto. Penusukan itu sudah menjadi takdir Pak Wiranto.

Jika memang berniat menusuk Wiranto, mengapa Anda tak menyasar area vital dada, misalnya?

Saya jalan cepat dan spontan menusuk saja. Setelah itu, saya dilumpuhkan dan kepala saya diinjak. Mata saya rasanya berkunang-kunang. Saya pikir saya mati, ternyata cuma dilumpuhkan.

Apa alasan Anda melakukan perbuatan itu?

Rasulullah telah lama dihinakan di negeri ini dan saya melihat tak ada orang yang bertindak atas kondisi itu. Aksi saya merupakan luapan kemarahan atas penghinaan itu.

Maksudnya dihinakan?

Mereka menganggap Allah yang saya yakini itu bodoh karena membuat hukum yang tak cocok dengan masyarakat kita, sehingga pemerintah membuat peraturan dan hukum yang lain, bukan berdasarkan syariat.

Apa yang keliru dari konsep hukum yang dibuat pemerintah?

Bagaimana mungkin saya melaksana-kan hukum yang dibuat oleh orang-orang kafir, korup, dan munafik? Syariat yang dibuat Allah itu jauh lebih bagus dan mulia ketimbang hukum yang dibuat orang-orang itu.

Anda merasa perbuatan Anda berhasil?

Allah sudah rida dengan apa yang saya kerjakan, meski awalnya saya ingin mati syahid dengan melakukan aksi itu.

Nyatanya, Anda batal mati syahid.

Saya terima takdir Allah bahwa amaliyah itu bukan jalan bagi saya untuk mati syahid.

Anda menyesal?

Bagaimana mungkin Allah saya dinistakan begitu tapi kemudian saya merasa menyesal? Saya sudah siap menanggung risikonya.

Menurut informasi yang kami peroleh, Anda terafiliasi dengan JAD Bekasi?

Saya tak bergabung dengan kelompok mana pun. Kalau sepemahaman, mungkin iya.

Penusukan pejabat dan aparat identik dengan ulah JAD.

Saya melakukan aksi itu atas inisiatif sendiri, tak ada perintah dari orang lain. Apabila penusukan itu dianggap sama, cuma sama pemahamannya.

Anda pernah berbaiat ke ISIS?

Situasi di Irak dan Suriah mirip yang tertulis dalam hadis, bahwa sebelum munculnya Imam Mahdi, akan ada pasukan dan daulah itu akan dipe-rangi oleh sedikitnya 80 bendera atau nega-ra. Setelah ISIS menjadi daulah, mereka sesuai dengan yang tertulis dan dijanjikan dalam hadis. Saya pernah membaca kajian Aman Abdurrahman (pendiri JAD) dan baru saya tahu bahwa tahlilan itu tak sesuai dengan syariat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus