MISKIN sengsara, eh, kaya pun ternyata susah. Keadaan serba salah itulah kini menimpa sebagian penduduk Republik Rakyat Cina (RRC). Setelah berlakunya sistem ekonomi pasar bebas di Negeri Tirai Bambu itu, sejak tahun 1986, orang per orang memang sah saja menjadi kaya. Namun, bersamaan dengan itu, meningkat pula secara tajam penderita gangguan mental. Menurut surat kabar Weekend yang terbit di Nanjing, seperti dikutip kantor berita Reuters awal Agustus lalu, rumah sakit terbesar untuk perawatan gangguan mental di Provinsi Guangdong belakangan ini tiap hari dipenuhi pasien pengidap stres. Di ibu kota provinsi itu, Fungcun, rumah sakit dengan 1.600 tempat tidur, dikabarkan malahan harus menambah sekitar 70 ranjang, yang untuk sementara ditaruh di gang rumah sakit tersebut. Sedangkan di klinik pengobatan jalan, menurut seorang pejabat lain di Fangcun, tiap hari berduyun 700 sampai 800 pasien. Bahkan pada hari tertentu mencapai 1.000 pasien. Sebagian besar pasien baru itu mereka yang berusia 20 sampai 30 tahun. Kompetisi yang sengit mengakibatkan orang sukar menghindari tekanan, hingga stres berat. Kecemasan tidak berkeruncingan pun tumbuh marak dari hari ke hari, misalnya ada yang waswas mata pencahariannya terancam. ''Inilah faktor eksternal terpenting yang mengakibatkan penyakit mental,'' kata seorang psikiater di Fungcun. Untuk menjadi orang merdeka, diperlukan persiapan mental, memang. Maksudnya, jangan sampai ''terkejut badan'' ketika dilepas dari hidup yang biasa terkekang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini