MENDAGRI Amirmachmud akhirnya mengumumkan nasib dua bawahannya:
Gubernur Sulawesi Utara Willy Lasut dan Sulawesi Tengah
Moenafrie. "Setelah konsultasi dengan Menhankam, saya menghadap
Presiden, yang menyetujui menarik kedua gubernur itu," kata
Amirmachmud di Bina Graha, selepas menghadap Presiden Sabtu pagi
lalu.
Mendagri tak memperinci alasannya "tapi Keppresnya sedang dalam
proses administrasi minggu ini." Moenafrie sendiri memang sudah
menyampaikan surat permintaan berhenti, 22 September lalu.
Sekalipun menganggap kabar penarikannya itu "laksana petir di
siang bolong".
Tapi Willy Lasut sampai ia diberhentikan belum mengajukan
permohonan serupa. "Tapi demi kepentingan pribadi mereka,
pembangunan daerah dan kepentingan nasional, keduanya ditarik,"
kata Amirmachmud.
Siapa penggantinya? Feisal Tamin, jurubicara Depdagri, tak mau
bilang. Cuma dia tidak membantah ketika disebutkan nama Mayjen
Erman Harirustaman, Dirjen Sospol Depdagri sebagai pengganti
Lasut. Sedang Eddy Djadjang Djajaatmadja, bekas walikota Jakarta
Pusat, akan menjadi Cubernur Sul-Teng.
Erman, pernah menjadi Kepala Staf Kodam XIII/Merdeka
(1961-1963) ketika Soenandar Prijosudarmo, kini Gubernur Jawa
Timur, menjadi Panglima di sala. Tapi menarik bahwa Erman,
setelah menjadi Dirjen paling lama di Depdagri, sejak 1971,
akhirnya direlakan juga untuk menjabat daerah yang sering
"ramai" cengkeh itu.
Adapun Eddy Djadjang, terakhir diperbantukan di Depdagri sebagai
Sekjen MAKSI (Musyawarah Antar Kotamadya Seluruh Indonesia) agak
di luar dugaan tampil sebagai gubernur baru.
Segalanya tampak berjalan cepat. Juga serah-terima jabatan, yang
diperkirakan akan berlangsung sebelum 23 Oktober ini juga. Kalau
benar, maka keduanya bisa menghadiri pertemuan antar gubernur
23-27 Oktober di Jakarta, sebagai gubernur baru.
Yang agaknya disayangkan: penarikan kedua gubernur itu telah
berlangsung tanpa konsultasi dengan DPRD setempat. Tapi seperti
kata Amirmachmud, "demi kepentingan yang lebih besar, DPRD bisa
saja dilewati." Dan menurut Mendagri sengaja tak dikeluarkan
penjelasan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kegoncangan.
Sampai pekan lalu orang di luaran masih saja menduga-duga apa
sebab sebcnarnya kedua gubernur itu diganti. Lasut sendiri
dilantik menggantikan H.V. Worang 21 Juni tahun lalu. Ketika
Mendagri mengumumkan penarikan kedua gubernur itu, illy Lasut
sedang di kampung halamannya, desa Tulap Kecamatan Eris yang
kaya cengkeh itu, di plnggir danau Tondano. Dia sempat dekat
dengan sanak familinya.
Di desa Seretan, dekat Tulap, Willy yang dielu-elukan itu juga
bicara di balai desa. Tampaknya ia menggunakan kesempatan
terakhirnya sebagai gubernur buat pamitan. Sebelumnya ia
keliling daerah, misalnya meninjau jembatan di Manado Utara
kemudian menuju Bitung lalu menginap di desa Kapataran yang juga
kaya cengkeh di Kabupaten Minahasa.
Dua tiga hari setelah pulang ke Manado, Lasut memang turba.
Malam-malam ia tampak melihat-lihat Pusat Perbelanjaan Manado.
bersandal jepit dengan satafi batik, ia hanya ditemani seorang
stafnya. ienin pagi lalu ia masih sempat menghadiri serah
terima jabatan kepala RSU "Gunung Wenang" Manado, dari dr. Winsy
Warrouw kepada dr. Tandayu.
Di beberapa tempat yang ia kunjungi, Lasut hampir selalu
membeberkan duduk-soalnya secara terbuka. Bahkan di RSU "Gunung
Wenang", ia bicara agak lebih terperinci.
Menurut Lasut, penarikan dirinya bersumber dari "fitnah dan isyu
yang secara terus-menerus disebarkan oleh sekelompok kecil di
Manado yang kemudian makin berkembang sampai di Jakarta." Fitnah
itu meliputi 57 macam, di antaranya "punya isteri gelap, korupsi
dan anti Islam."
Bahkan katanya lagi, beberapa pejabat tinggi di Jakarta sampai
termakan oleh fitnah tersebut. "Tapi what can I do, kalau memang
keputusan atasan seperti itu?" ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini