Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Willy dan Moenafri pergi

Gubernur sulawesi utara, willy lasut & gubernur sulawesi tengah. moenafri diganti masing-masing oleh erman dan eddy. willy lasut tak bersedia menyampaikan surat permohonan berhenti. (nas)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDAGRI Amirmachmud akhirnya mengumumkan nasib dua bawahannya: Gubernur Sulawesi Utara Willy Lasut dan Sulawesi Tengah Moenafrie. "Setelah konsultasi dengan Menhankam, saya menghadap Presiden, yang menyetujui menarik kedua gubernur itu," kata Amirmachmud di Bina Graha, selepas menghadap Presiden Sabtu pagi lalu. Mendagri tak memperinci alasannya "tapi Keppresnya sedang dalam proses administrasi minggu ini." Moenafrie sendiri memang sudah menyampaikan surat permintaan berhenti, 22 September lalu. Sekalipun menganggap kabar penarikannya itu "laksana petir di siang bolong". Tapi Willy Lasut sampai ia diberhentikan belum mengajukan permohonan serupa. "Tapi demi kepentingan pribadi mereka, pembangunan daerah dan kepentingan nasional, keduanya ditarik," kata Amirmachmud. Siapa penggantinya? Feisal Tamin, jurubicara Depdagri, tak mau bilang. Cuma dia tidak membantah ketika disebutkan nama Mayjen Erman Harirustaman, Dirjen Sospol Depdagri sebagai pengganti Lasut. Sedang Eddy Djadjang Djajaatmadja, bekas walikota Jakarta Pusat, akan menjadi Cubernur Sul-Teng. Erman, pernah menjadi Kepala Staf Kodam XIII/Merdeka (1961-1963) ketika Soenandar Prijosudarmo, kini Gubernur Jawa Timur, menjadi Panglima di sala. Tapi menarik bahwa Erman, setelah menjadi Dirjen paling lama di Depdagri, sejak 1971, akhirnya direlakan juga untuk menjabat daerah yang sering "ramai" cengkeh itu. Adapun Eddy Djadjang, terakhir diperbantukan di Depdagri sebagai Sekjen MAKSI (Musyawarah Antar Kotamadya Seluruh Indonesia) agak di luar dugaan tampil sebagai gubernur baru. Segalanya tampak berjalan cepat. Juga serah-terima jabatan, yang diperkirakan akan berlangsung sebelum 23 Oktober ini juga. Kalau benar, maka keduanya bisa menghadiri pertemuan antar gubernur 23-27 Oktober di Jakarta, sebagai gubernur baru. Yang agaknya disayangkan: penarikan kedua gubernur itu telah berlangsung tanpa konsultasi dengan DPRD setempat. Tapi seperti kata Amirmachmud, "demi kepentingan yang lebih besar, DPRD bisa saja dilewati." Dan menurut Mendagri sengaja tak dikeluarkan penjelasan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kegoncangan. Sampai pekan lalu orang di luaran masih saja menduga-duga apa sebab sebcnarnya kedua gubernur itu diganti. Lasut sendiri dilantik menggantikan H.V. Worang 21 Juni tahun lalu. Ketika Mendagri mengumumkan penarikan kedua gubernur itu, illy Lasut sedang di kampung halamannya, desa Tulap Kecamatan Eris yang kaya cengkeh itu, di plnggir danau Tondano. Dia sempat dekat dengan sanak familinya. Di desa Seretan, dekat Tulap, Willy yang dielu-elukan itu juga bicara di balai desa. Tampaknya ia menggunakan kesempatan terakhirnya sebagai gubernur buat pamitan. Sebelumnya ia keliling daerah, misalnya meninjau jembatan di Manado Utara kemudian menuju Bitung lalu menginap di desa Kapataran yang juga kaya cengkeh di Kabupaten Minahasa. Dua tiga hari setelah pulang ke Manado, Lasut memang turba. Malam-malam ia tampak melihat-lihat Pusat Perbelanjaan Manado. bersandal jepit dengan satafi batik, ia hanya ditemani seorang stafnya. ienin pagi lalu ia masih sempat menghadiri serah terima jabatan kepala RSU "Gunung Wenang" Manado, dari dr. Winsy Warrouw kepada dr. Tandayu. Di beberapa tempat yang ia kunjungi, Lasut hampir selalu membeberkan duduk-soalnya secara terbuka. Bahkan di RSU "Gunung Wenang", ia bicara agak lebih terperinci. Menurut Lasut, penarikan dirinya bersumber dari "fitnah dan isyu yang secara terus-menerus disebarkan oleh sekelompok kecil di Manado yang kemudian makin berkembang sampai di Jakarta." Fitnah itu meliputi 57 macam, di antaranya "punya isteri gelap, korupsi dan anti Islam." Bahkan katanya lagi, beberapa pejabat tinggi di Jakarta sampai termakan oleh fitnah tersebut. "Tapi what can I do, kalau memang keputusan atasan seperti itu?" ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus