Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDA akan diinterviu sejam lagi oleh nyonya F di hotel yang
nanti saya sebutkan. Keluarganya tinggal di Jedah dan Rhiyadh.
Anak yang akan anda asuh umurnya 3 tahun. Ayahnya penasehat
Raja. Suami isteri ini hidup berpisah dan si anak tinggal di
rumah hakeknya. Nyonya F adalah ipar dari si ayah dan anda akan
diterima kalau yonya F setuju. Mereka mencari serang pengasuh
yang umurnya 35 plus. 13egitu saya mendapat pesanan, langung
saya ingat akan anda." Itu adalah uraian Sheila Davies yang
bekerja di Alhermarle Nannies Agency - salah satu agen pencari
pengasuh anak - di Kenington Gardens di London.
Jumlah pengasuh, nannies (dalam bahasa Inggeris) atau amah
(orang-orang Cina di Hongkong atau Singapura meuyebutnya)
semakin banyak dicari orang. Untuk tahun 1977, ekspor nannies
meningkat di Inggeris. Salah satu agen yang letaknya di Bond
Street meugatakan bahwa setiap minggunya, 4 atau 5 nannies telah
berhasil mereka kirim ke luar negeri. Para nannies biasanya
digaji dengan syarat: bekerja enam hari dalam seminggu, tanpa
membersihkan rumah, tidak usah belanja, memasak makanan anak
yang diasuhnya, mencuci dan menyeterika baju si anak. Kalau
dikirim ke luar negeri, gaji yang mereka terima biasanya Å“50
seminggu dan gen mendapat 15% dari jumlah itu selama setahun.
Agen mendapat porsi ini bukan dari si pengasuh tapi dari orang
yang menggaji nannies.
Oh, Baunya!
Albermarle Nannies Agency biasanya melayani ke!uarga-keluarga
super kaya dari Italia (para puteri ningrat yang tidak ada waktu
mengurus anaknya) dari Yunani, raja minyak, dari Persia, atau
keluarga raja di Saudi Arabia. The Guardian menulis bahwa
keluarga tersebut di atas biasanya puas dengan pelayanan
Albermarle. Nannies yang mereka perlukan, cocok dengan yang
mereka kehendaki. Para pengasuh ini biasanya dikontrak selama
setahun atau lebih. Gaji f50 seminggu, sudah top, karena mereka
gratis mendapat makan dan tempat tinggal. Kalau keluarga tempat
dia bekerja baik hati, pengasuh tidak jarang mendapat bonus
gaji, hadiah, oleh-oleh. Sering ada pula yang ketemu jodoh, dan
setelah kontrak selesai mereka kemudian menikah. Di Inggeris
gaji mereka ratarata sekitar Å“25 sampai Å“35 saja dalam seminggu.
Para pengasuh biasanya memiliki ijazah dari National Nursing
Examination Board, sebuah badan yang menguji seorang perawat.
Tapi para agen biasanya tidak mengirim para pengasuh yang baru
dapat ijazah. Syaratnya untuk tidak mengecewakan langganan: yang
berijazah plus pengalaman.
"Huh, saya begitu tergesa-gesa sampai saya berkeringat," kata
nyonya Gronstein sambil mengibaskan saputanan di mukanya. Dia
inilah yang akan dikerjakan di keluarga yang mempunyai anak 3
tahun umurnya. Mengenakan rok di atas dengkul yang terbuat dari
kulit hitam, kedua payudaranya tampak sarat tertutup oleh blus
kaos yang ditutup sampai leher. Umurnya 40 tahun, tapi dengan
gaya rambut yang dicat coklat, dia tampak seperti wanita 50-an.
"Mereka mempunyai rumah di tepi pantai. Sering mereka mengadakan
pesta pantai. Senangkah anda dengan pantai?" tanya nyonya Davies
dari agen. "Oh, rumah kami dulu juga di pantai Glamorgan yang
indah" jawab nyonya Gronstein. "Satu hal iagi," kata nyonya
Davies, "tidak ada gereja di sana. ladi kalau anda akan
bersembahyang, harus anda lakukan sendiri." "Oh, jangan kuatir,"
jawabnya, "saya lagi liburan sembahyang kok."
Nyonya Gronstein tampaknya wanita yang pemberani. Dia sudah
mendaftarkan diri beberapa waktu yang lalupada agen ini. Rupanya
baru sekarang ini ada untung untuk bisa diterima. Sebelumnya
selalu saja ada halangan kalau jam interviu sudah mendekat. Yang
pertama, suaminya meninggal ketika dia sudah berniat akan
berangkat ke London. Tertundalah niatnya. Kedua kali, ketika dia
sudah tiba di London, anaknya meninggal karena kecelakaan
lalulintas. Tidak jadi lagi. Yang ketiga, ketika dia turun dari
bis menuju ke orang yang akan menginterviunya, dia terlempar
dari bis yang ditumpanginya. Riwayatnya kemudian berlanjut di
rumah sakit.
Dia setuju gajinya Å“50 seminggu. "Mereka mengatakan, tidak perlu
kuatir untuk pergi ke mana anda suka. Seorang sopir selalu siap
untuk mengantarkan anda," katanyonya Davies. Dia tidak
mengatakan bahwa seorang wanita dilarang menyetir mobil di Saudi
Arabia. Tambahnya: "Saya bisa pastikan keluarga ini keluarga
yang baik dan terhormat." "Ya saya tahu kok tentang orang Arab,"
jawab nyonya Gronstein. "Mereka sering datang di bulan Ramadhan
ke Port Talbot untuk menghindari kampung halaman mereka. Mereka
kan sering sembahyang di atas tikar?" "Mungkin pula anda akan
merasa kesepian. Mereka tidak berbicara Inggeris." "Ya, tak usah
kuatir akan hal itu. Saya ini romantis di hati. Asal ada buku
dan tape tentang Nat King Cole dan Shirley Bassey, saya bisa
seorang diri."
Nyonya Davies kemudian mengatakan bahwa makanan mereka juga
berlainan. "Seperti apa?" tanya nyonya Gronstein. Katanya lagi
dengan penuh semangat "Jangan kuatir. Asal jangan seperti
restoran Cina atau India yang ada di Port Talbot atau di kawasan
lain di dunia. Karena, oh, baunya!" Berkata begitu hidungnya
ditutupnya dan lidahnya dijulurkan. Kemudian dia tertawa
terbahak-bahak, seperti kebiasaan orang Welsh.
Tukang Colek
Giliran kedua, Miss Turner. Masih muda, umurnya 20 tahun dengan
tubuh yang montok. Bicaranya tidak bisa pelan. Gaya bicara orang
selatan Inggeris yang nyaris seperti orang berteriak. Nyonya
Davies menawarkan pekerjaan di Jedah, untuk seorang puteri dari
Saudi. Sebelumnya, nona bahenol ini pernah bekerja di Athena.
"Tapi mengapa anda cuma bekerja 6 bulan di sana?" tanya nyonya
Davies.
"Karena suaminya. Isterinya sih baik, cuma suaminya, tukang
colek." "Apa?" teriak nyonya Davies. "Tukang colek. Tukang
iseng. Dia selalu ada saja untuk membuat alasan menyuruh saya,
sementara dia di kamar tidurnya. Isterinya sih baik, Elsa.... "
"Heh, kau panggil namanya saja?" "Ya, dia yang menganjurkan
begitu, agar hubungan lebih baik." "Hmm," gumam nyonya Davies,
"saya rasa itu tidak betul. Anda harus berhati-hati agar kalian
ada jarak selalu, saling menghormati, untuk kepentinganmu juga."
Nonya Turner berceritera kejadiannya. Rupanya setelah si tuan
rumah tidak berhasil mengganggunya, dia menyatakan sikap benci
terhadap si nona. Sampai pada suatu hari. "Nyonya rumah sedang
keluar. Saya sibuk memberi makan anak-anak. Salah seorang yang
berumur 7 tahun, tidak mau memotong-motong makanannya. Saya
katakan kepadanya, harus kau potong sendiri. Kemudian si ayah
keluar dan sambil berteriak berkata: "Tidak usah kau paksa untuk
memotong makanannya!" Piring berisi makanan itu kemudian
dibuangnya di keranjang sampah dan dia memerintahkan saya untuk
memasak lagi. Wah, saya tidak tahan lagi. Begitu isterinya
pulang, saya mengajukan minta berhenti. Si isteri memohon saya
untuk tidak pergi, tapi ah, saya pergi saja." Nona Turner
mempunyai pacar yang bekerja di Bahrein, karena itu dia melamar
untuk cari pekerjaan di Timur Tengah pula.
"Oh, anda akan senang bekerja dengan orang Saudi ini. Anda harus
mempunyai hati yang keras, karena mereka selalu ganti kemauan.
Dan anakku, mudah-mudahan kau tidak bertemu lagi dengan tukang
colek."
Benci Arab
Giliran ketiga, Miss Morris. Umurnya sekitar 40-an. Kurus, kecil
dan tampak nelankolik di raut mukanya. Tas yang da di tangannya
erat sekali dipegangya. Seakan takut tas itu disambar orang.
"Saya benci London. Taksi-taksinya, menakutkan saya," ujarnya
dengan suara lirih. Seumur hidupnya, baru dua kali dia
mengunjungi London. Yang pertama ketika akan liburan dan tempat
tinggalnya di Leicester menuju Essex.
17 tahun lamanya dia bekerja dengan sebuah keluarga di
Leicester. Seorang dunia dengan beberapa anak. Dia mengurus
segala macam kepentingan sebuah rumahtangga. Dan ketika anak
yang terkecil umurnya 10 tahun, dia rasa cukuplah sudah. Apalagi
sang duda kemudian beristeri lagi.
"Sedih juga saya harus meninggalkan mereka," katanya lagi. Dari
tasnya dia kemudian mengeluarkan sebuah foto anak-anak yang
telah dibesarkannya. Dipandangnya lagi untuk kesekian kali
anak-anak dalam foto tersebut dengan mata berkaca-kaca. "Kakak
saya mengatakan bahwa saya akan sanggup pergi meninggalkan
negeri saya. Apalagi pergi ke Teheran, dia tidak senang kulit
hitam atau warna lainnya. Apalagi Arab, dia benci sekali."
"Tapi Teheran bukan negeri Arab. Mereka bahkan juga benci orang
Arab," kata nyonya Davies. Nona Morris tampak sedikit senang di
raut mukanya. Katanya lagi: "Soalnya, kakak saya itu pernah ke
Saudi Arabia. Dia sama sekali tidak senang tinggal dan bergaul
dengan orang Arab. Dan dia selalu mengatakan, bangsanya sendiri
jauh lebih baik. Tapi mungkin, saya akan mencoba menyenangi
mereka." "Iya. Tapi Teheran bukan Arab. Teheran adalah Timur
Tengah," kata nyonya Davies meyakinkan. Kemudian pembicaraan
beralih pada gaji, syarat-syarat kerja dan juga asuransi
kesehatan. Gumam nona Morris lagi: "Saya tidak mengharapkan
halangan. Saya akan mencoba pekerjaan saya." Nonya yang
kerempeng ini kemudian bangkit dari kursinya dan keluar ruangan.
Sambil menutup map di atas meja, berkatalah nyonya Davies: "Heh,
benci Arab, tukang colek, nanti apa lagi nih!"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo