TEMPO.CO , Yogyakarta - Sejumlah mahasiswa Universitas Ehime University Jepang mengembangkan bududiaya tanaman Mimba di Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang.
Dalam proyek kerjasama dengan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tersebut ditanam sebanyak 540 pohon Mimba.
Mahasiswa jurusan budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Harimurti Buntaran mengatakan pengembangan tanaman dengan nama latin Azadirachta Indica A. Juss ini dimaksudkan untuk menciptakan pengendali hama dan obat bagi berbagai jenis penyakit tanaman.
“Daun dan Biji Mimba berkhasiat sebagai Pestisida dan Insektisida karena mengandung zat Azadirachtin. Tumbukan biji Mimba dapat berkhasiat sebagai pupuk hijau karena mengandung Nitrogen, Fosfor dan Kalium,” kata dia, Selasa, 14 Agustus 2012.
Harimurti menjelaskan, penanaman mimba yang dilakukan bersama sembilan mahasiswa Jepang itu dimaksudkan untuk mendukung konsep pembangunan pertanian berkelanjutan dengan menggajak masyarakat mengurangi pemakaian bahan kimia. “Karena efek dari pupuk dan obat kimia, tanah jadi rusak, kesuburan berkurang dan meninggalkan sisa residu di daun,” kata dia.
Dengan mengurangi penggunaan bahan kimia, lanjut dia, diharapkan produk pertanian Wonolelo lebih sehat. Dia menambahkan, bibit pohon mimba tersebut ditanam di tiga dusun, Pelem, Wonodadi, dan Surodadi dan bisa dipakai dalam 1 sampai 2 tahun ke depan.
Selain menanam pohon, mahasiswa bersama masyarakat membangun rumah bibit sehat dan rumah pupuk organik. “Supaya bibit yang digunakan lebih sehat dan produksi lebih meningkat,” katanya.
Dosen Budidaya Pertanian, Taryono mengatakan pegembangan pohon Mimba ini dengan pihak Ehime University Jepang telah berlangsung sejak dua tahun berturut-turut. “Para mahasiswa Jepang ini juga fokus untuk studi mitigasi bencana erupsi gunung berapi,” kata dia.
Sementara seorang mahasiswa Ehime University, Migumi Ikarimoto mengatakan dalam kelompoknya yang melakukan studi pengembangan Mimba dan mitigasi ini juga memberikan penyuluhan dan pelatihan mitigasi penanggulangan bencana untuk kalangan siswa sekolah dasar.
“Kami mengajarkan cara evakuasi bencana untuk anak-anak bahaya erupsi merapi seperti yang selama ini dilakukan di Jepang,” katanya.
Kepala Desa Wonolelo, Sumadi, mengatakan mayoritas masyarakat Wonolelo hidup dari sektor pertanian dan berdekatan dengan Merapi. Sehingga program-program yang mendukung peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pertanian juga mitigasi bencana menjadi hal tak terpisah.
“Kami selalu membutuhkan informasi dan pengalaman baru agar pertanian meningkat, kewaspadaan bencana juga sigap,” kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terpopuler lainnya:
Pemimpin KPK Tahu Disadap Polisi
PKS Tak Konsisten? Ini Tanggapan Anis Matta
Berita Ular Piton Metro TV Diprotes
Kapolri Sebut KPK Seperti Garong
MiG-23 yang Ditembak Jatuh Beredar di Youtube
Batu Apung Seluas Israel Mengambang di Pasifik
Ini Alasan Polisi Tak Serahkan Kasus Simulator SIM