TEMPO.CO, Bamako - Prancis mengaku pasukannya berhasil membunuh ratusan pejuang di Mali dalam sebuah operasi pembebasan wilayah utara negara itu selama tiga pekan, sejak Jumat, 11 Januari 2013.
Pengakuan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Pancis, Jean-Yves Le Drian, Rabu, 6 Januari 2013. Menurutnya, intervensi militer hari ke-26 Prancis ke Mali telah menewaskan "ratusan pemberontak", baik melalui gempuran udara maupun serangan darat, di kawasan pegunungan terpencil dekat perbatasan Aljazair.
Baca Juga:
Menteri Pertahanan mengatakan, para pejuang tewas akibat serangan jet tempur Prancis terhadap kendaran transportasi pejuang serta dalam pertempuran langsung di Konna dan Gao.
Satunya-satunya korban tewas dari pihak Prancis adalah seorang pilot helikopter saat dimulainya operasi serangan militer. Mali mengatakan, mereka kehilangan 11 serdadu dan 60 lainnya cedera setelah terjadi pertempuran di Konna bulan lalu. Tetapi belum ada informasi terbaru mengenai jumlah korban susulan.
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan kepada koran Metro dalam sebuah wawancara, Prancis sepertinya akan menarik seluruh pasukannya pada Maret 2013.
"Saya pikir (penarikan) mulai pada Maret 2013, jika semuanya berjalan sesuai rencana. Jumlah pasukan kami harus dikurangi," katanya.
Prancis mengerahkan sekitar 4.000 pasukan ke Mali, negeri bekas jajahannya, untuk mengusir para pemberontak dari kawasan Utara yang mereka kuasai. Selanjutnya keamanan wilayah itu diserahkan kepada aliansi pasukan Afrika.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Baca juga:
Maharani Buka-bukaan Soal Kasus Sapi
Le Meridien Pastikan Maharani Ditangkap di Kamar
Terima Rp 10 Juta, Maharani: Saya Enggak Munafik
Luthi Hasan Akhirnya Mengaku Kenal Ahmad Fathanah