TEMPO.CO, Kediri - Di tengah polemik pemindahan makam Tan Malaka, muncul makam baru dengan identitas Tan Malaka di pemakaman umum Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Warga sekitar memastikan makam tersebut palsu dan tidak sesuai dengan kuburan yang digali keluarga Tan Malaka pada 2009.
Keberadaan makam baru tokoh sosialis di Desa Selopanggung ini dijumpai Tempo saat melakukan penelusuran siang tadi, Senin, 10 Februari 2014. Tepat di sebelah barat makam terduga Tan Malaka yang dibongkar tim forensik RSCM Jakarta, tiba-tiba muncul sebuah makam bernisan marmer dengan tulisan "Tan Malaka". Tulisan berwarna hitam yang dibuat dari cat air itu terlihat masih baru. (Baca juga: Kediri Izinkan Tan Malaka Dipindah ke Kalibata)
Sejumlah warga di sekitar makam mengaku tak mengenali makam tersebut. Mereka juga tidak mengetahui siapa yang memberi identitas Tan Malaka pada makam baru tersebut. "Setahu saya jarang ada yang ke makam," kata Joko, salah satu pencari rumput di sekitar makam Tan Malaka, Senin, 10 Februari 2014.
Bekas Kepala Desa Selopanggung yang juga panitia pembongkaran makam Tan Malaka, Mohammad Zairi, memastikan makam tersebut palsu. Sesuai proses pembongkaran tim forensik bersama keluarga Tan Malaka, makam pejuang yang memiliki sejumlah alias ini tak memiliki batu nisan. Satu-satunya penanda yang ditempatkan di lokasi adalah sebuah batu besar yang berada di sebelah timur makam baru itu. “Saya akan cari siapa yang membuat makam palsu itu,” kata Zairi kepada Tempo saat ditemui di rumahnya.
Keberadaan makam palsu itu, menurut Zairi, bisa mengecoh para peziarah yang hendak berdoa. Sebab, selama ini kunjungan peziarah ke makam Tan Malaka masih mengalir dari berbagai daerah. Rata-rata pengunjung berasal dari kalangan aktivis.
Sejak dibongkar pada akhir 2009, makam Tan Malaka hingga kini masih teronggok di pemakaman Desa Selopanggung di lereng Gunung Wilis. Makam tersebut tak meninggalkan penanda apa pun selain sebuah batu besar. Guyuran air hujan yang turun dalam beberapa hari terakhir membuat sebagian permukaan makam turun. Adapun jalan setapak yang curam dan melintasi sungai kecil menuju makam licin dan cukup membahayakan. “Pemerintah belum memperbaiki akses jalan ke makam,” kata Zairi.
HARI TRI WASONO
Berita lain:
Mendukung IMF, Thee Kian Wie "Melawan" Soeharto
Walikota Mawardy Nurdin Meninggal
Mari Elka Pimpin Upacara Kremasi Joop Ave
Ekonom Senior Thee Kian Wie Wafat
Digeruduk Ormas Islam, Diskusi Tan Malaka Bubar