Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Rupiah Tembus 12 Ribu per Dolar AS, Apa Sebabnya?

image-gnews
Ilustrasi Rupiah. ANTARA/Yudhi Mahatma
Ilustrasi Rupiah. ANTARA/Yudhi Mahatma
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta- Pada Jumat pekan lalu, rupiah ditutup ke level 12.103 per dolar AS. Level  ini merupakan level terlemah sejak Desember 2013. Lalu, apakah yang menyebabkan rupiah tidak stabil dan terus melemah? Berikut ulasannya:

1.Defisit Neraca Perdagangan
Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, saat dihubungi Tempo, Ahad, 29 Juni 2014, menjelaskan, selama 2014 neraca perdagangan pada Februari dan Maret surplus masing-masing sebesar US$ 785,3 juta dan US$ 673,2 juta. Namun pada April terjadi defisit sebesar US$ 1,96 miliar. "Tidak seimbang," katanya.

Menurut Lana, banyak faktor yang menyebabkan neraca perdagangan defisit. Salah satunya karena ekspor Indonesia berbasis komoditas. Karena itu, Indonesia tidak bisa menentukan harga jual impor ke negara pembeli.

Direktur Eksekutif Institute of Development of Economy and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika juga mengatakan hal serupa. Dia mengemukakan bahwa kinerja perdagangan luar negeri tak kunjung membaik. Tekanan impor migas masih mengancam risiko defisit neraca perdagangan. Kinerja pemerintah yang dinilai buruk tersebut semakin membuat Indonesia terancam jebakan negara berkembang (middle income trap).

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat juga menyatakan keran impor yang terus terbuka lebar menjadi salah satu penyebab lemahnya nilai tukar rupiah. Saat isu pajak penjualan barang mewah santer terdengar bakal diterapkan pada ponsel impor, sehingga importir panik dan menimbun barang. "Wacana itu kan masih kami bicarakan. Tapi media ramai memberitakannya seolah-olah sudah final," kata Hidayat di awal Juni lalu.

Solusi atas hal tersebut, menurut Lana, bersifat jangka panjang. "Pemerintah harus mulai berpindah basis produksi impor ke produk manufaktur dan olahan. Tidak melulu bahan baku," ujarnya. (Lihat pula: Neraca Perdagangan Mei Diprediksi Surplus)

2.Impor Minyak
Lana kemudian menyebutkan tren pasar saat ini adalah mengimpor sebanyak-banyaknya bahan bakar minyak untuk antisipasi Ramadan dan Lebaran. "Harga minyak dunia mencapai US$ 106 per barel. Padahal kita masih impor dan pemerintah tidak akan berani menaikkan harga BBM di kondisi seperti ini," kata Lana.

Ekonom Indef, Aviliani, juga mengemukakan bahwa besarnya impor minyak akan menggerogoti stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, kelangkaan minyak pun diperparah oleh sejumlah penyelundupan dan penimbunan minyak.

Ia mencontohkan, negara nyaris mengalami kerugian minyak saat sejumlah oknum dicokok aparat tengah menyelundupkan minyak mentah sebanyak 402 ribu barel di Kepulauan Riau.
Karena itu, menurut Aviliani, pemerintah jangan hanya mengandalkan minyak impor sebagai kebutuhan energi dalam negeri. Opsi lain seperti biofuel yang bisa diproduksi sendiri harus mulai dipertimbangkan.

3.Pembayaran Dividen
Lana juga mengatakan pada pertengahan tahun memang biasa terjadi pembagian laba perusahaan. Investor asing tentunya menginginkan pembayaran laba dalam dolar AS. Hal ini merupakan salah satu penyebab depresiasi rupiah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Permintaan valuta asing yang tinggi di akhir bulan untuk pembayaran dividen dan utang swasta yang jatuh tempo juga menjadi faktornya. Di sisi lain, pasokan dolar AS terbatas karena ekspor  belum optimal," ujarnya.

Solusinya, Lana berujar, adalah mengupayakan  dividen yang dibagikan kepada investor asing itu kembali ke Indonesia. "Jadi, uang yang kita bayarkan pada mereka bisa diinvestasikan kembali ke sini, misalnya dengan membangun pabrik baru," katanya.

Karena itu, kata Lana, pemerintah harus menyiapkan insentif yang sesuai dan variatif dengan kebutuhan investor. "Jangan melulu tax holiday, padahal pemerintah sendiri megap-megap butuh pajak untuk APBN," katanya. Masalah infrastruktur juga harus disiapkan sebaik mungkin agar investor mau mengembalikan dividennya ke Indonesia. (Baca juga: Rupiah Diprediksi Masih Melemah Hingga Kuartal III).

4.Kondisi Ekonomi Global
Disebutkan Lana, saat ini di luar negeri permintaan dolar AS memang sedang tinggi lantaran musim liburan. Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang asing di Asia juga melemah terhadap dolar AS. Namun dampak paling besar dialami rupiah. "Ini membuktikan bahwa memang ada masalah di dalam negeri yang harus dibereskan," kata Lana.

Solusinya, menurut Lana, adalah membereskan situasi dalam negeri terlebih dahulu agar rupiah kembali stabil. Setidaknya kembali ke level  11.800 per dolar AS. "Yang paling penting adalah keberanian untuk mengambil langkah yang tajam dan pasti oleh pihak terkait," ucapnya. 

INDRI MAULIDAR | PERSIANA GALIH | FAIZ NASHRILLAH | AYU PRIMA SANDI


Berita utama
Ke Rumah Amien Rais, Petugas Bawaslu Diusir
Wawancara Tempo dengan Jurnalis Allan Nairn

RMS Dukung Jokowi Jadi Presiden


Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

18 menit lalu

Sebuah truk melintas di antara peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 18 Agustus 2023. Pemerintah merencanakan pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun, yang terdiri dari penerimaan perpajakan Rp2.307,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp473,0 triliun, serta hibah sebesar Rp0,4 triliun. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.


Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

13 jam lalu

Ilustrasi mata uang Rupiah. Brent Lewin/Bloomberg via Getty Images
Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.


Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

13 jam lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Rupiah ditutup melemah mendekati level Rp16.000 hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.


Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

14 jam lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ke tiga kiri) bersama Senior Deputi BI Destry Damayanti (ketiga kanan) dan jajaran Deputi BI (kiri-kanan) Aida S. Budiman, Doni Primanto Joewono, Juda Agung dan Filianingsih Hendarta saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2023. Suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) naik menjadi 6 persen. Tempo/Tony Hartawan
Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.


IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

15 jam lalu

Pengunjung melihat layar pergerakan Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG ambruk 2,15% ke posisi 7.130,27. Selang 12 menit setelah dibuka, IHSG berhasil memangkas koreksinya sedikit menjadi anjlok 2,06% menjadi 7.136,796. TEMPO/Tony Hartawan
IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.


Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

19 jam lalu

Ilustrasi Uang Rupiah. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.


Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

20 jam lalu

Alipay Wallet. REUTERS
Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.


Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

23 jam lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.


95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

1 hari lalu

95 Persen Pakai Bahan Baku Lokal, Unilever Tak Terdampak Pelemahan Rupiah

Unilever Indonesia mengaku tak terlalu terdampak dengan pelemahan rupiah karena mayoritas bahan baku mereka berasal dari dalam negeri.


Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

1 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersama jajaran Deputi Bank Indonesia saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.