Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 10 ribu rapid test kit atau alat uji cepat penyakit Covid-19 telah diproduksi sendiri di Indonesia dan kini uji validasi di rumah sakit di Jawa Tengah. Akhir Mei ini akan diproses sebanyak 40-50 ribu alat lagi dan siap dipakai untuk kepentingan tes cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat uji cepat itu diklaim memiliki tingkat akurasi 70-80 persen dan sedang terus diuji agar bisa lebih ditingkatkan. Alat yang bekerja dengan cara mendeteksi antibodi dalam tubuh itu dipastikan telah melalui uji validasi yang mengikuti standar akurasi Kementerian Kesehatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami juga mengembangkan Rapid Test Kit yang menggunakan virus lokal transmisi, kami harapkan makin baik, meskipun yang menggunakan PCR (polymerase chain reaction, mendeteksi keberadaan virus) lebih akurat,” kata Menristek Bambang Brodjonegoro dalam video konferensi ‘Peluncuran Produk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19’, Rabu 20 Mei 2020.
Yang diproduksi saat ini baru Rapid Test Kit yang dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun, Bambang berujar, tim konsorsium akan terus melakukan penelitian untuk Rapid Test Kit dengan berbagai pendekatan untuk meningkatkan waktu dan akurasi.
BPPT juga sedang mengembangkan yang berbasis PCR yang bisa meningkatkan akurasi dan hanya satu jam hasilnya bisa diketahui. “Dan yang paling penting menggunakan reagen yang berbeda, kami akan terus berupaya untuk memperbaiki akurasi dan kecepatan dari Rapid Test,” kata Bambang.
Kepala BPPT Hammam Riza berharap, alat uji cepat yang dikembangkan lebih baik daripada rata-rata produk serupa yang ada di pasaran. Menurut dia, rata-rata akurasi yang digunakan sebagai standar adalah 50 persen.
Hammam berharap dengan adanya uji validasi, akan membuat akurasi menjadi lebih kuat. Sehingga jumlah pengetesan antibodi terkait dengan Covid-19 bisa ditingkatkan terus. "Pengujuan sudah dilakukan di beberapa rumah sakit di Solo, Yogyakarta, Jakarta dan Surabaya,” katanya menuturkan.
Seperti diketahui alat uji cepat berperan penting dalam mendeteksi dan memetakan sejauh mana penularan virus corona Covid-19 telah terjadi. Pemetaan dibutuhkan untuk bisa menghambat dan mengendalikan wabah yang terjadi dengan tindakan isolasi dan karantina wilayah-wilayah.
Dengan kemampuan produksi sendiri membawa dua keuntungan untuk Indonesia. Selain tingkat akurasi yang terjamin lebih baik, juga harga yang lebih murah.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti mengungkapkan kalau rapid test kit impor seharga Rp 100-200 ribu per alat. “Sekarang sudah bisa dihitung hanya Rp 40 ribu saja,” ujarnya menambahkan.