Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Brighton, Inggris – Sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan menyetir sambil menelepon, meski menggunakan perangkat handsfree, masih tetap berbahaya. Berbagai macam pembicaraan bisa mengalihkan konsentrasi pengemudi. Graham Hole, peneliti, mengungkapkan selama ini banyak yang menganggap aman menelepon selama mengemudi asal menggunakan perangkat handsfree.
“Padahal sebaliknya, penelitian terbaru ini menunjukkan saat pengemudi terlibat dalam sebuah percakapan dan menggunakan citra visualnya, akan sulit menyadari adanya seluruh risiko di jalan,” kata Hole.
Peneliti melakukan dua eksperimen dalam penelitiannya. Dalam penelitian pertama, 60 orang dibagi dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok diminta mengemudi dalam sebuah simulasi dengan beberapa rintangan.
Video dalam simulasi tersebut menampilkan kaca depan dari mobil yang tak bergerak, peneliti mengukur saat pengemudi menginjak pedal rem.
Kelompok pertama menyelesaikan simulasi tanpa diberi gangguan. Kelompok kedua, diberi pertanyaan benar atau salah selama mereka mengemudi dalam simulasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membutuhkan citra visual pengemudi saat menjawab.
Contoh pertanyaannya adalah, “Dalam sebuah perahu, pendayungnya duduk dengan punggung bersandar ke bagian depan perahu.” Pertanyaan ini akan mendorong pengemudi membayangkan perahu dalam pertanyaan.
Kelompok ketiga diperlakukan sama dengan kelompok kedua, namun pertanyaannya tak perlu citra visual. Contoh pertanyaannya adalah, “Benar atau salah, bahasa resmi di Mexico adalah Bahasa Spanyol.”
Hasil eksperimen ini menunjukkan pengemudi di kelompok pertama paling sadar dengan rintangan dalam simulasi kemudi. Sebaliknya, kelompok kedua paling buruk kesadarannya.
Eksperimen kedua, membagi 46 orang menjadi dua kelompok dengan simulasi serupa, kali ini peneliti mengamati gerak mata pengemudi. Kelompok pertama tak diberi gangguan. Kelompok kedua diminta membayangkan kotak yang dibagi rata sembilan bidang dengan dirinya di tengah bidang tersebut. Mata mereka lalu diminta “berjalan-jalan” di sembilan bidang tersebut sesuai dengan instruksi.
Hasilnya, pengemudi di kelompok kedua bereaksi lebih lamban saat menghadapi risiko di jalan. Mereka sadar ada bahaya, tapi lambat dalam merespons. Partisipan pada kelompok ini lebih fokus pada jalan di depannya, tapi tidak sekelilingnya.
Kedua eksperimen ini menunjukkan saat pengemudi terlibat dalam sebuah percakapan yang mengganggu citra visual, mereka akan lebih sulit menyadari lingkungan sekitar.
Hole mengatakan otak punya batas dalam memproses gambaran visual. Saat pengemudi harus sadar dengan kondisi sekitar dan terlibat dalam sebuah percakapan, maka keduanya akan “memperebutkan” tempat di otak.
Meski begitu, bukan berarti pengemudi harus selalu dalam kondisi yang sunyi. “Mengobrol dengan penumpang risikonya lebih rendah daripada berbicara melalui telepon,” kata Hole. Penumpang, biasanya akan mengurangi percakapan atau bahkan memberitahu pengemudi saat ada sesuatu di jalan.
“Satu-satunya telepon yang aman saat mengemudi adalah telepon yang dimatikan,” kata Hole.
LIVE SCIENCE | TRI ARTINING PUTRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini