Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat rangkaian gempa bumi yang mengguncang wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, sejak beberapa hari lalu. Gempa terasa kuat sejak Sabtu lalu hingga Rabu, 11 Oktober 2017. Selain membuat panik warga, lindu merusak puluhan rumah dan menyebabkan longsor yang menutup jalan.
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, rangkaian sumber gempa bermunculan di sebelah barat laut Lembata. Jaraknya bervariasi, sekitar 11 hingga 35 kilometer dari Lembata. Kedalaman rangkaian sumber gempa itu umumnya 10 kilometer.
Gempa tersebut berasal dari pergerakan sesar aktif. Namun belum diketahui jelas sesar tersebut. "Saya belum menemukan referensinya karena belum semua sesar aktif lokal teridentifikasi dan dipetakan," kata Daryono saat dihubungi, Kamis, 12 Oktober 2017.
Berdasarkan analisis, BMKG memastikan sumber gempa dari aktivitas sesar aktif dipicu penyesaran dengan pergerakan mendatar (strike slip fault). "Gempa akibat aktivitas tektonik yang dipicu sesar aktif. Karena kekuatannya kecil, gempa tidak berpotensi tsunami," katanya.
Baca: Potensi Cuaca Buruk di Sumatera Barat, BMKG: Waspadai Bencana
Analisis mekanisme sumber juga menunjukkan aktivitas gempa tidak berkaitan dengan struktur geologi sesar naik Flores (Flores back arc thrust). Berdasarkan laporan, puluhan rumah warga mengalami kerusakan sebagai dampak gempa. Selain merusak bangunan, gempa menyebabkan jalan raya sepanjang 2,3 kilometer tertutup longsoran. Sebanyak 671 warga dilaporkan mengungsi ke sejumlah tempat yang aman.
BMKG mencatat rangkaian gempa itu dimulai pada Sabtu, 7 Oktober 2017, pukul 19.04 Wita. "Gempa ini dirasakan cukup kuat oleh warga Lembata dan sekitarnya," kata Daryono lewat keterangan tertulis, Kamis.
Selanjutnya, pada Senin, 9 Oktober 2017, pukul 11.53 WIB, wilayah Lembata dan sekitarnya kembali diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 4,5. Guncangan gempa ini dirasakan kuat di Lembata dan Larantuka, sehingga membuat warga setempat panik. Sejak itu, aktivitas gempa beruntun mengguncang Lembata, Adonara, dan Larantuka dengan skala intensitas II versi BMKG atau III-IV MMI.
Hingga Rabu, 11 Oktober 2017, di Lembata dan sekitarnya sudah tercatat gempa terjadi sebanyak 10 kali dengan kekuatan bervariasi. Sebagian besar gempa dirasakan warga. Gempa paling kuat terjadi dua kali pada Selasa, 10 Oktober 2017, pukul 05.23 WIB, dan Rabu, 11 Oktober 2017, pukul 06.10 WIB, dengan kekuatan magnitudo 4,9.
Kuatnya gempa yang terasa membuat warga lari berhamburan ke luar rumah. "Semua gempa yang terjadi memiliki kedalaman dangkal kurang dari 10 kilometer, sehingga wajar jika guncangannya dirasakan kuat," kata Daryono. BMKG meminta warga di Kabupaten Lembata dan sekitarnya tetap tenang dan mengikuti arahan BPBD setempat.
Baca: Akibat Gempa Bumi, Permukaan Danau Tambing Naik 10 Meter
Simak kabar terbaru gempa bumi dan informasi BMKG hanya di kanal Tekno Tempo.co.
ANWAR SISWADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini