Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalau Indonesia digemparkan oleh kasus pencemaran etilen glikol dan dietilen glikol--yang diduga kuat berada di balik kasus kematian anak-anak dengan gejala gagal ginjal akut, di Amerika sedang mencemaskan soal benzonatate. Bahan-bahan kimia itu sama, terkandung dalam sirup obat.
Baru-baru ini Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat mengeluarkan peringatan untuk tidak memberikan Benzonatate yang terdapat pada obat batuk kepada anak di bawah 10 tahun. Dasarnya adalah data 4.690 kasus yang masuk ke Pusat Pengendalian Racun di negara itu sepanjang periode 2010-2018. Juga menilik basisdata nasional untuk pembuatan resep obat farmasi dan kejadian-kejadian efek samping obat.
Seperti yang sudah dilaporkan dalam jurnal Pediatrics terbit 15 November 2022, para peneliti di FDA menemukan ribuan kasus itu melibatkan anak-anak hingga usia 17 tahun yang secara tidak sengaja terpapar obat dengan kandungan benzonatate. Ataupun mereka yang dengan sengaja mengasup tidak sesuai dosis.
Menurut studi yang dilakukan FDA tersebut, dari 2010 hingga 2018, laporan keracunan pediatrik yang melibatkan obat benzonatate meningkat setiap tahun. Dari 308 pada 2010 menjadi 799 pada 2018.
Sebanyak lebih dari 75 persen kasus tersebut diklasifikasi sebagai paparan tidak sengaja. Dan dari antaranya kebanyakan korbannya adalah balita dan tidak memiliki gejala klinis. Namun begitu, 56 kasus memiliki efek sedang hingga kuat, dan tiga anak meninggal.
Temuan ini, menurut Ivone Kim, dokter anak dan petugas medis senior di FDA, "Seharusnya mendorong para dokter untuk lebih berhati-hati ketika mereka meresepkan obat-obatan semacam ini."
Penggunaan benzonatate dalam obat-obatan masih diperbolehkan hanya saja penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada anak-anak. Gejalanya termasuk kejang, henti jantung, dan bahkan kematian.
Baca juga: FDA Belum Izinkan Ivermectin sebagai Obat atau Mencegah Covid-19
Dokter Minta Orang Tua Juga Hati-hati
Nusheen Ameenuddin, dokter anak di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, mengimbau pula kepada para orang tua untuk memperhatikan resep obat yang diberikan kepada anak. “Obat batuk seharusnya diperlakukan seperti obat lain yang dapat menimbulkan efek samping yang serius, yang berarti tidak memberikannya kepada anak-anak tanpa arahan medis khusus." kata Ameenuddin.
Ameenudin menambahkan, pembuat obat perlu menilai kembali bagaimana obat itu diproduksi karena saat ini sudah ada kapsul berisi cairan yang menyerupai permen, sehingga menarik bagi anak-anak. Menurutnya, sebab meningkatnya keracunan pediatrik yang melibatkan benzonatate bertepatan dengan peningkatan jumlah resep yang diisi untuk obat tersebut selama periode yang sama.
Sumber Obat dengan Benzonatate
Di Amerika, benzonatate dijual dengan merek Tessalon Perles, juga Zonatuss, untuk mengobati batuk yang disebabkan pilek atau flu. Tessalon merupakan obat batuk yang tidak mengandung narkotika. Obat ini bekerja dengan membuat tenggorokan dan paru-paru mati rasa sehingga refleks untuk batuk menjadi kurang aktif.
FDA menetapkan, Tessalon dan Zonatuss diizinkan digunakan pada orang-orang berusia 10 tahun atau lebih dan hanya tersedia melalui resep dokter. Mereka bisa mengkonsumsi 100 milligram benzonatate sampai tiga kali sehari. Tidak dianjurkan untuk menenggak lebih dari 200 mg sekaligus atau lebih dari 600 mg per hari.
Adapun anak di bawah usia 10 tahun tidak dianjurkan sama sekali. Ini karena belum ada kajian penggunaan yang efektif dan aman untuk mereka. Selain itu sudah ada lapoan overdosis dari bayi yang meminum 1-2 kapsul obat. Gejala muncul dalam 15-20 menit sejak meminumnya, dan kematian bisa terjadi dalam hitungan jam.
ZAHRANI JATI HIDAYAH (LIVE SCIENCE, CBS, KRISTV, NBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini