Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Bukan Hanya pada Manusia, Badak Ternyata Bisa Terkena TBC  

Ini adalah temuan pertama penyakit menular pada populasi badak.

31 Maret 2016 | 11.14 WIB

Leonardo DiCaprio menunggah foto induk badak hitam bersama anaknya yang baru lahir di Sera Community Conservancy, Kenya. Selain menjadi aktor kawakan, Leo juga dikenal sebagai aktivis lingkungan. Instagram.com
Perbesar
Leonardo DiCaprio menunggah foto induk badak hitam bersama anaknya yang baru lahir di Sera Community Conservancy, Kenya. Selain menjadi aktor kawakan, Leo juga dikenal sebagai aktivis lingkungan. Instagram.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti di suaka marga satwa Chitwan National Park, Nepal, menemukan kasus tuberculosis (TBC) pertama pada badak bercula satu betina. Temuan ini adalah penyakit menular pertama pada populasi badak. Kasus tersebut menjadi langkah penting dalam konservasi badak.

Penemuan itu telah dipublikasikan dalam makalah di Emerging Infectious Disease dan merupakan hasil penelitian yang dimulai pada 2012. Meski perburuan telah dihilangkan sejak 2013, Taman Nasional Chitwan masih melihat 31 kematian badak yang tidak diketahui sebabnya selama lima tahun terakhir.

Sampai saat ini, para peneliti masih belum mampu menentukan sebab kematian badak. Soalnya, taman nasional belum memiliki sistem yang tepat untuk menyelidiki pelakunya. Para peneliti menemukan TBC pada badak disebabkan kelompok Mycobacterium tuberculosis complex.

Bakteri ini punya kaitan erat dengan penyebab TBC pada manusia dan ternak. Pada 2014, Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan 9,6 juta kasus baru TBC setiap tahun pada populasi manusia di dunia. "Penemuan TBC pada badak memicu perdebatan soal cara terbaik menangani hewan dan manusia yang berpotensi tertular,” kata Deborah McCauley, pendiri sekaligus Direktur Eksekutif VIEW, kepada Foxnews.com, Rabu, 30 Maret 2016.

Dalam kasus badak, perburuan dan gangguan pada habitat sering kali masuk daftar intervensi utama. Meski begitu, penyakit punya potensi menjadi ancaman terbesar. "Kami sudah menduga selama beberapa tahun bahwa penyakit itu adalah bagian yang hilang dari teka-teki konservasi," ujar McCauley.

Ia menuturkan, dengan adanya bukti kuat tentang TBC, ia dapat membantu taman nasional memahami risiko TBC dan penyakit lain yang sangat mengancam. Selain itu, pemahaman penyakit pada spesies yang terancam punah penting untuk membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. 

TRI ARTINING PUTRI | FOXNEWS


 



Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tri Artining Putri

Tri Artining Putri

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus