Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Provo - Anda mungkin pernah menyaksikan pertunjukan sulap yang memperagakan seseorang tengah memukul bagian atas botol kaca berisi air. Tak lama kemudian, bagian bawah botol pecah sehingga airnya muncrat. Faktanya ini bukan sulap, apalagi sihir. Ahli fisika punya jawabannya.
Untuk membuktikan tidak ada sihir dalam adegan itu, mereka merekam proses sebelum, selama, maupun setelah botol pecah-- dengan video berkecepatan tinggi-baik. Belakangan terbukti, rekaman video itu menunjukkan bahwa pukulan pada bagian atas botol tidak akan langsung menghancurkan bagian bawahnya.
Pukulan kuat itu membuat cairan dalam botol mengalami percepatan ke bawah. Karena terhentak, cairan yang mengendap di bagian bawah botol pertama-tama bergerak membentuk gelembung. Adapun sisa cairan lainnya baru bergerak sepersekian detik kemudian.
Sementara percepatan yang dialami oleh botol cukup besar, tekanan yang berkurang akan menyebabkan air di bagian bawah botol berubah menjadi gelembung. Proses ini disebut kavitasi.
"Kita sering melihat gelembung kavitasi pada baling-baling di dalam air, yang biasanya disebabkan oleh kecepatan tinggi dari pisau shearing yang mengenai cairan," ujar peneliti Tadd Truscott, ahli dinamika cairan dari Brigham Young University di Provo, Utah.
Setelah botol dipukul dengan cepat, tekanan pada bagian bawah botol segera kembali normal. Dengan demikian, gelembung akan lenyap. Ketiadaan gelembung tadi berlangsung 10 kali lebih cepat daripada pada awal terbentuknya.
Reaksi inilah yang menyebabkan bagian bawah botol retak. Para peneliti menyebutnya sebagai teori ledakan gelembung. "Temuan ini dapat membantu menjelaskan beberapa aspek kerusakan yang disebabkan industri perkapalan," ujar Truscott. Mereka juga dapat membantu desainer botol kaca membuat produk yang lebih baik.
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini