Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Italia -Sebuah temuan menarik muncul dari selaput lendir perut Otzi si manusia es. Dalam tubuh manusia purba berusia 5.300 tahun ini, ditemukan sampel bakteri Helicobacter pylori, penyebab maag.
“Bakteri yang ditemukan di perut Otzi sama dengna yang kita temukan di perut masyarakat Eropa modern saat in,” kata paleopatolog Albert Zink dari European Academy (EURAC) di Bolzano seperti dilansir dari Sciene Daily, Kamis, 7 Januari 2015. Temuan ini semakin melengkapi informasi kehidupan nenek moyang masyarakat Eropa pada periode Otzi.
Awalnya, tim EURAC memang menduga infeksi bakteri perut telah berlangsung sejak zaman manusia purba. Namun hal ini sulit dibuktikan karena kebanyakan fosil manusia purba, termasuk Otzi sudah kehilangan jaringan perutnya. Tak kehilangan akal, tim akhirnya memutuskan untuk mengekstrak seluruh DNA isi perut. Dari situ, mereka menemukan jejak gen H. pylori.
Meski belum menemukan bukti kuat apakah Ötzi mengalami gangguan pencernaan semasa hidupnya, namun dapat dipastikan sistem imun tubuhnya bereaksi terhadap keberadaan bakteri ini. Menurut ahli mikrobiologi EURAC Frank Maixner, ada jejak protein hasil reaksi antibodi, yang juga terdapat di pasien terinfeksi gangguan perut saat ini.
Data bakteri ini kemudian dikirimkan ke ahli genetika Thomas Rattei dari Univerisity of Vienna, yang mendapat informasi mengejutkan lainnya. “Ternyata, jenis bakteri ini, sama dengan yang banyak terdapat di Asia Tengah dan Selatan saat ini,” kata dia.
Para peneliti berkesimpulan kalau pada dasarnya, ada dua tipe bakteri H. Pylori, yang berasal dari Afrika dan Asia. Kedua bakteri ini kemudian bertemu, dan membentuk suatu hibrid yang menjadi bakteri di perut masyarakat Eropa saat ini. Proses percampuran ini berlangsung di Timur Tengah, saat periode Zaman Es akhir. Saat itu, musim dingin yang keras membuat Eropa tak dapat lagi ditinggali, sehingga penduduknya berpindah ke daerah Asia.
Setelah es mulai mencair, atau sekitar 20 ribu tahun lalu, para pengungsi ini kembali menduduki Eropa. “Para migran ini yang membawa bakteri perut hibrid ke daratan Eropa,” kata Rattei.
Sementara bakteri dari Afrika diduga masuk lebih lambat, sekitar 5 ribu tahun lalu. Saat itu, Eropa tengah dilanda revolusi petani, di mana banyak migran Afrika datang untuk mengolah tanah di daratan tersebut. Ada pula yang mengatakan bakteri ini masuk dari serbuan hama seperti tikus dan lalat.
Studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan koneksi bakteri dengan perkembangan manusia hingga saat ini. Menurut Zink, EURAC tengah merencanakan proyek serupa di Amerika Selatan dan Asia untuk mengungkap sejarah manusia lebih mendalam.
SCIENCE DAILY | NEW YORK TIMES | URSULA FLORENE
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini