Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan dari Scripps Institution of Oceanography, Amerika Serikat, menyatakan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi telah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah manusia. Tingkat atmosfer CO2 yang menghangatkan Bumi telah mencapai lebih dari 415 part per million (ppm).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga: Kementerian Pertanian Antisipasi Terjadinya El Nino
Laman DW.com, baru-baru ini melaporkan bahwa peningkatan emisi gas rumah kaca buatan manusia telah membuat para ilmuwan khawatir. Observatorium Mauna Loa di Hawaii mencatat tingkat CO2 mencapai 415,39 ppm pada Sabtu, 11 Mei 2019, menandai pertama kalinya gas rumah kaca lebih dari 415 ppm.
Tingkat CO2 biasanya lebih tinggi di belahan Bumi utara pada musim gugur, musim dingin dan musim semi. Terakhir, CO2 di atmosfer dalam kadar di atas 415 ppm terjadi pada 3 juta tahun lalu ketika suhu rata-rata global 3 atau 4 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan hari ini dan permukaan lautan beberapa meter lebih tinggi.
Data telah dicatat sebagai bagian dari Kurva Keeling, yang memulai pengukuran di Mauna Loa pada 1958. Sejak itu, konsentrasi CO2 di atmosfer telah meningkat 30 persen. Sebelum Revolusi Industri pada abad ke-19, kadar CO2 berfluktuasi, tapi tidak pernah melebihi 300 ppm dalam satu waktu selama 800.000 tahun terakhir.
Tingkat CO2 di atmosfer mencapai 400 ppm untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia terjadi pada 2013. Meskipun ada komitmen global untuk mengurangi gas rumah kaca di bawah Kesepakatan Iklim Paris 2015, laju gas penjebak panas yang memasuki atmosfer semakin cepat. Empat tahun terakhir terjadi pemecahan empat rekor terpanas.
Ralph Keeling, direktur Scripps Institution of Oceanography's Program CO2, mengatakan tren itu mungkin akan berlanjut sepanjang 2019 dengan kemungkinan tahun El Nino di mana suhu naik karena arus laut yang lebih hangat.
"Tingkat pertumbuhan rata-rata tetap pada ujung yang tinggi. Peningkatan dari tahun lalu mungkin akan sekitar 3 ppm sedangkan rata-rata baru-baru ini adalah 2,5 ppm," kata Keeling. "Kemungkinan kita melihat efek kondisi El Nino ringan di atas penggunaan bahan bakar fosil yang sedang berlangsung."
Menurutnya, setiap tahun akan naik seperti ini,. Seharusnya, kata Keeling, masyarakat mengatakan tidak, dan ini seharusnya tidak terjadi. "Ini tidak normal," tutur Keeling.
Menurut Scripps Institution, di bawah lintasan emisi saat ini, CO2 di atmosfer dapat mencapai 1.000 ppm di abad berikutnya.
DW | SCRIPPS INSTITUTION
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini