Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Columbia yang 'berhasil' lagi

Setelah tertunda 8 hari, penerbangan columbia yang kedua ini dipersingkat, hanya 36 dari 83 orbit yang direncanakan. 90% program terlaksana.

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA pun tak menduga peluncuran. Columbia pagi itu bakal gagal. Semua persiapan peluncuran kedua kali itu dianggap amat lancar. Seperti kata Deke Slayton, Manajer Program Shuttle di NASA, "Ibarat bang, bang, bang!" Juga kedua astronaut--Kolonel Udara Joe H. Eagle, 49 tahun dan Kapten Pelaut Richard H. Truly, 44 tahun--setelah memeriksa pesawat antariksa yang bakal mereka kendalikan itu berkata, "Semuanya tampak sempurna!" Norman Boris, redaktur harian The Detrot News, sudah siap pula dengan beritanya, meski pesawat itu masih nongkrong di landasannya. "Columbia, pesawat antariksa bekas pakai, menunggang lidah api putih membara, menembus langit yang sebagian berawan," tulisnya menggebu-gebu, yang dilanjutkan dengan "peluncuran sempurna" yang "sesuai jadwal". Sayangnya hanya beberapa detik menjelang saat peluncuran Rabu, awal November itu, rencana itu terpaksa dibatalkan. Maka Boris kalang kabut menarik kembali 30.000 lembar koran yang sudah telanjur diedarkan. "Suatu pertaruhan yang meleset pada menit terakhir," ujarnya filosofis. Filter Tersumbat Yang lebih kecewa tentunya kedua astronaut. Sejak tengah malam mereka tak beranjak dari kursi mereka dalam pesawat itu. Peluncuran itu dibatalkan setelah ada gangguan pada satu dari tiga unit pembangkit listrik pesawat Columbia. Ternyata filter minyak unit itu tersumbat hingga tekanan dalam tangki bahan bakar merosot. Semula gejala yang mengenai dua dari tiga tangki dianggap dalam batas aman dan para ahli teknik Pusat Pegendalian di Houston menguhah "perintah" komputer yang sudah menghentikan countdown (perhitungan detik menjelang saat peluncuran). Tapi ketika juga tangki No. 3 menunjuk gejala yang sama, mereka tidak berhasil membatalkan 'perintah' komputer dan countdown terhenti 31 detik sebelum peluncuran. "Jika tidak karena komputer itu, pasti sudah meluncur," ujar George Page, Direktur Peluncuran. Pembatalan itu menunda peluncurannya sampai 8 hari. Dua pekan lalu, kembali countdown dimulai menjelang peluncuran Columbia. Kamis pagi. Harnpir saja gagal lagi, ketika pada saat terakhir ditemukan kerusakan pada sistem yang menerjemahkan isyarat data berbagai alat pengindera bagi komputer. Tapi alat itu hica diganti dengan unit yang "dipinjam" dari pesawat kembar Challenger yang sedang dirakit di California. Akhirnya, 2 jam 40 menit melampaui jadwal semula, Columbia mengangkasa diiringi gemuruh roket yang sebanding dengan gambaran The Detroit News lebih seminggu sebelumnya. Bagi Richard Trully peluncuran mulus pagi itu punya arti ganda. Hari (12 November) itu ia genap berusia 44 eahun. "Lilin ulang tahun terbesar yang pernah saya terima," komentar Truly, menyaksikan semburan api roket melalui layar televisi. Hanya 10 menit kemudian kedua astronaut itu asyik mengelilingi bumi dengan kecepatan 28.000 km per jam. Keasyikan itu sekejap saja. Dalam orbit keempat, dua setengah jam setelah lepas landas, para ahli teknik di Houston melihat ada gangguan pada satu antara tiga sel pembangkit listrik di pesawat itu Sel itu melalui proses elektrokimiawi, mengubah hidrogen dan oksigen menjadi listrik yang dipakai menggerakkan segala peralatan dan bagian pesawat Columbia. Reaksi kimiawi itu juga menghasilkan air minum bagi para astronaut. Meski dengan satu unit pun pesawat itu masih bisa dikendalikan, para pejabat di Houston memutuskan membatasi perjalanan Columbia. Menurut rencana semula, ini akan berlangsung selama 5 hari lebih atau 124 jam 5 5 menit. Setelah menyelesaikan hanya 36 dari 83 orbit yang direncanakan semula Eagle dan rekannya mendarat di dasar danau kering di Gurun Mojave, California, bagian dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards. Tepat pukul 13.23 setempat. 2 hari 6 jam, 13 menit dan 10 detik sejak mengangkasa dari Tanjung Kennedy di Florida. Pendaratan itupun gemilang. Tanpa ragu pesawat raksasa itu melayang menyentuh landasan, meski terganggu hembusan angin berkecepatan 45 km per jam. "Burung ini sungguh mantap," komentar Eagle sesaat sebelumnya, menggunakan jargon pilot tes untuk memuji keunggulan pesawatnya. Mesin roket Columbia hanya dinyalakan sesaat untuk keluar dari orbit, 256 km di atas permukaan bumi, dan memasuki kembali atmpsfir. Selanjutnya, seperti pesawat layang-layang, Columbia meluncur ke bawah, tanpa tenaga dorong apa pun. "Kami yakin semua yang direncanakan untuk misi ini berhasil, kecuali soal waktu," ujar Christofer Craft, Direktur Pusat Antariksa Johnson di Houston. Ketika diputuskan mempersingkat penerbangan Columbia itu, NASA menyesuaikan kembali jadwal berbagai eksperimen hingga 90 % program itu sempat dilaksanakan dalam 40% dari waktu yang semula direncanakan. Petir Di Botswana Bagian utama dari program itu ialah menguji lengan derek raksasa yang pan jangnya 15 m. Di antariksa lengan itu penting untuk menempatkan atau mengangkat kembali satelit dan lain benda. Semula ada kekhawatiran lengan itu tak bisa dilipat kembali. Akibatnya pintu ruang kargo Columbia tidak bisa ditutup, padahal ini prasyarat untuk bisa kembali ke bumi. Jika itu terjadi lengan itU terpaksa dilepas dengan cara meledakkan pangkalnya. Untunglah ini tidak terjadi. Benda itu--seharga US$ 100 juta (Rp 63,5 milyar) sumbangan Kanada -- selamat kembali ke bumi. Berbagai program lain juga cukup berhasil, antara lain penginderaan jauh permukaan bumi dengan berbagai peralatan. Ini untuk mendapatkan cara lebih sempurna mendeteksi berbagai sumber daya alam seperti mineral dan minyak, pendataan geologis, pengukuran kadar karbonmonoksida di udara dan mendeteksi sumber khlorofil di samudra. Eksperimen lain ialah merckam pancaran gelomban merah infra dari berbagai batu-batuan, nenemukan spektra yang paling, mencirikannya juga Truly sempat merekam dengan film ketika petir menyambar bumi di Australia dan Botswana di Afrika. Namun masih baak kelemahan tersirat dalam program Spaceshuttle, mengakibatkan penundaan bcruntun. Banyak timbul perunyaan, tentu terutama sekitar biaya program itu yang semakin membengkak. Padahal masih dua lagi penerbangan ujicoba Columbia direncanakan. Juga semakin disorot prioritas NASA bagi program shuttle itu yang menyedot dana program antariksa lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus