Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Epidemiolog: Waspada, Omicron XBB dan XBC Mungkin Ko-sirkulasi dan Ko-infeksi

"Kondisi orang yg sudah terinfeksi dua kali atau lebih itu lebih rawan dan bisa mendapatkan dampak serius dari XBB."

8 November 2022 | 07.39 WIB

Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Lonjakan kasus baru Covid-19 hingga lebih dari 4 ribu dalam satu hari sudah seharusnya menjadi alarm penting di Indonesia. Penyebaran varian terbaru virus corona penyebab Covid-19, yakni XBB (kombinasi atau rekombinan dari dua subvarian Omicron) dan XBC (rekombinan subvarian Omicron dan varian Delta) diduga berada di baliknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Kewaspadaan harus ditingkatkan karena Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia, mengatakan bahwa XBB dan XBC bahkan masih memungkinkan untuk ko-sirkulasi dan ko-infeksi. Yang pertama berarti, dalam satu gelombang yang sama ada penularan XBC dan XBB di satu wilayah yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau ko-infeksi adalah dalam satu tubuh ada infeksi dari varian XBB dan XBC. Ini secara teoritis dimungkinkan dan ini semua kenapa dunia sangat khawatir,” ucapnya.

Dicky juga memaparkan beberapa faktor mengapa subvarian Omicron XBB cukup mengkhawatirkan. Pertama dari sisi kemampuan XBB dalam membuat infeksi, orang yang sudah terinfeksi disebutnya masih bisa terinfeksi lagi meskipun jedanya hanya satu bulanan sejak terinfeksi sebelumnya.

Kemampuan re-infeksi ini, menurut Dicky, membawa kerawanan karena sebagian besar penduduk di Indonesia sudah pernah terinfeksi minimal satu kali. Bahkan ada kemungkin setengah dari yang sudah terinfeksi sebelumnya itu bisa saja terinfeksi lagi. 

“Kondisi orang yg sudah terinfeksi dua kali atau lebih itu lebih rawan dan bisa mendapatkan dampak serius dari XBB," katanya. Ini, dia menambahkan, berdasarkan sejumlah penelitian kesehatan yang sudah dilakukan. "Terjadi penurunan dari sel limfosit T yang berperan sebagai daya tahan tubuh terhadap penyakit,” kata Dicky mengungkapkan.

Kedua, dari sisi sebagian penduduk Indonesia yang belum mendapatkan vaksin booster. Baik pada kategori anak-anak ataupun sebagian dewasa. “Dari sisi tubuhnya khusus anak di bawah 5 tahun belum eligible untuk vaksinasi, dan ketika dia sudah bisa vaksinasi, vaksinnya mungkin belum tersedia.”

Terpisah, peneliti dari Profesor Nidom Foundation, Adi Priyo, menerangkan bahwa subvarian Omicon XBB merupakan kombinasi dari Omicron BA.2.10.1 dan Omicron BA.2.75. Prevalensi kasusnya di India sebesar 1,3 persen, lebih rendah dibandingkan BQ.1 yang ditemukan di Inggris, yang sebesar 6 persen.  

"Subvarian XBB cepat menular namun tingkat fatalitasnya tidak lebih berbahaya daripada Omicron," kata Adi yang mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan antara lain mengonsumsi rempah-rempah untuk meningkatkan antibodi.

 

ZAHRANI JATI HIDAYAH

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus