Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Fakultas Baru Dari FS-UI

Untuk meningkatkan wadah pendidikan ilmu perpustakaan, fak. sastra ui merencanakan membuka fakultas ilmu-ilmu informasi. perkembangan fakultas sastra u.i dari awal berdirinya. (ilm)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISTILAH "perpustakaan" biasanya mengingatkan orang pada sebuah ruangan yang berisikan deretan buku dan majalah. Namun citra perpustakaan macam itu kini mulai berubah. Tidak lagi ia terbatas pada deretan buku dan majalah. Kini berbagai media rekaman seperti film, slide, video, mikrofilm dan bahkan komputer melengkapi banyak perpustakaan. Jelas ledakan teknologi yang menampung ledakan informasi di akhir abad ini tak bisa lagi dikelola dan dikuasai pustakawan konsepsi lama. Tuntutan terhadap kemampuannya semakin tinggi. Agaknya pertimbangan ini yang mencetuskan gagasan untuk meningkatkan wadah pendidikan ilmu perpustakaan dari sebuah jurusan di Fakultas Sastra UI menjadi sebuah Fakultas Ilmu-ilmu Informasi. Gagasan ini --yang bersumber pada pimpinan Universitas Indonesia--diungkapkan Dekan FS-UI, Gondomono, S.S, M.A., dalam kesempatan peringatan HUT ke 4O Fakultas Sastra pekan lalu. Menurut rencana, fakultas baru itu akan membawahkan Jurusan Perpustakaan dan Dokumentasi, Jurusan Kearsipan dan Jurusan llmu-lnformasi. "Pembentukannya ,paling cepat tahun 1985," ungkap Gondomono kemudian. Soalnya ialah untuk mendirikan sebuah fakultas baru, harus dipersiapkan tenaga pengajarnya yang lengkap. "Kita belum punya tenaga," jelas Ny. Lily K. Somadikarta M.Sc., Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan FS-UI. Sambil menghela napas ia berkata: "Sulit rasanya mencari kader, sebab pustakawan lebih senang bekerja di swasta." Saat ini Jurusan Ilmu Perpustakaan mempunyai sembilan tenaga pengajar tetap dan 10 tenaga pengajar luar biasa. Menjelang pembentukan fakultas baru itu, UI akan mengirim seorang tenaga pengajar untuk meraih gelar Ph.D. di College of Librarianship Wales di Inggris. Perkembangan ini salah satu tonggak dalam sejarah panjang Fakultas Sastra. Empatpuluh tahun telah berlalu, penuh gejolak perubahan nama, struktur dan sistem pengajaran. Rabu, 4 Desember 1940, dalam upacara khidmat di gedung Rechtshogeschool -- sekarang gedung Departemen Hankam di Medan Merdeka Barat, Jakarta --Faculteit der letteren en Wijsbegeerten diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Dalam upacara itu, Pejabat Direktur Pendidikan, Pengajaran dan Agama, Prof. Dr Hoesein Djajadiningrat, mengucapkan pidato singkat. Ahli filologi dan Islamologi Indonesia terkemuka itu sangat berjasa dalam mempercepat pembukaan fakultas yang telah direncanakan sejak tahun 1920-an. Belum dua tahun umurnya, fakultas baru itu mengalami gejolaknya yang pertama. Bersama dengan perguruan tinggi lainnya, ia ditutup Balatentara Jepang. Tahun 1942, semua tenaga pengajarnya --bangsa Belanda--ditawan. Segera setelah Proklamasi Kemerdekaan, sejumlah cendekiawan Indonesia mendirikan Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia di Jakarta, dengan tekad menghidupkan pendidikan tinggi nasional dalam berbagai bidang limu. Namun penjajah Belanda kembaIi berusaha menguasai segala bidang kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu di bidang pendidikan tinggi mereka mendirikan Universitas Darurat sebagai tandingan BPT-RI. Dalam persaingan yang ditunjang kekuatan militer itu, mereka berhasil mengalahkan sarana pendidikan tinggi Republik, dan Fakultas Sastra kemudian bernaung di bawah Universitas Darurat. Dengan Ordonansi Pendidikan Tinggi tertanggal 21 Maret 1947, penguasa Belanda mengubah nama Universitas Darurat menjadi Universiteit van Indonesie. Tapi setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1949, Universitas Indonesia merupakan sarana pendidikan tinggi nasional bagi orang Indonesia. Namun bagi Fakultas Sastra gejolak belum berakhir. Perkembangan politik di awal tahun 60-an menyentuhnya juga. "Para pengajar dan mahasiswa terbagi dan terpecah dalam berbagai kelompok," ujar Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar dalam acara peringatan HUT ke-40 itu. "Tuduhan dilancarkan kian kemari dan Fakultas Sastra menjadi arena pertikaian politik." Menurut Bachtiar, perpecahan itu juga dimungkinkan oleh struktur pembagian kerja di Fakultas Sastra, yang ketika itu membawahkan 1 5 jurusan. Merupakan Titipan Akhir tahun 60-an, struktur disederhanakan. Digabungkan beberapa jurusannya hingga bersisa 10 jurusan. Juga fakultas ini membuka diri bagi tenaga ahli dan mahasiswa dari luar UI. Maka, seperti dikemukakan Bachtiar, Fakultas Sastra UI berhasil menyelenggarakan pendidikan tinggi tidak hanya untuk mahasiswa sendiri saja. Bachtiar mengakui bahwa peranan FS-UI kini masih jauh dari harapan semula. Yaitu menjadikannya suatu pusat budaya. Namun ia merasa yakin bahwa Fakultas Sastra kini berada di jalur perkembangan yang benar. Ini juga dirasakan Jurusan Ilmu Perpustakaan. Jurusan ini tahun 1961 masuk lingkungan UI di bawah naungan Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan. Dua tahun kemudian ia dialihkan ke bawah naungan Fakultas Sastra. Menghadapi rencana pembentukan Fakultas Ilmu-ilmu Informasi, Ny. Somadikarta menjelaskan bahwa ilmu informasi merupakan tingkatan lebih tinggi dari ilmu perpustakaan. Seorang ahli ilmu informasi tidak hanya trampil mengelola perpustakaan, tapi juga mengelola data komputer misalnya. "Ia dapat bekerja dalam pelayanan informasi ilmiah dan pengembangan koleksi perpustakaan dan dokumentasi," ujar Ny. Somadikarta. Mengapa ilmu kearsipan dan ilmu informasi tidak dijadikan seksi di bawah Jurusan llmu Perpustakaan? "Dia tidak akan berkembang sebab terbatasnya anggaran untuk Fakultas Sastra," ujar Gondomono. "Karena itu dia harus menjadi fakultas tersendiri." Dekan FSUI itu menambahkan bahwa Jurusan Ilmu Perpustakaan sejak lama merupakan titipan. Ijazahnya pun berbeda. Kalau pada ijazah jurusan bahasa ataupun jurusan sejarah dan antropologi, tertulis Sarjana Sastra, pada ijazah ilmu perpustakaan tertulis Sarjana Ilmu Perpustakaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus