Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Gunung Anak Krakatau, menurut Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Wawan Irawan, setiap tahunnya makin tinggi dan meluas. "Dari tahun 1929 sampai sekarang, tingginya sudah 305 meter. Kira-kira 4 meter setahun rate (rata-rata) pertumbuhan tingginya. Tapi tidak setiap tahun Anak Krakatau meletus," kata dia kepada Tempo, Senin, 20 Agustus 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Wawan mengatakan, letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi akhir pekan lalu menandakan gunung tersebut tengah dalam fase membangun. Letusan itu menghasilkan kolom asap letusan asap hingga setinggi 500 meter. PVMBG merekomendasikan agar warga tidak memasuki radius 2 kilometer dari kawah Gunung Anak Krakatau.
Wawan mengatakan, diameter pulau gunung api Anak Krakatau saat ini hampir menembus 2 kilometer. Penambahan material pembentukan anak gunung tersebut setiap tahunnya menembus 1 juta meter kubik. Tipe letusan yang kerap terjadi di gunung tersebut adalah tipe letusan strombolian yang melontarkan material dari kawah gunung api tersebut.
Menurut Wawan, sebaran lontaran gunung Anak Krakatau relatif makin tinggi. Imbasnya, kata dia, rekomendasi daerah aman gunung tersebut sejak beberapa bulan terakhir diperluas menjadi radius 2 kiometer dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau.
Wawan mengatakan, lontaran material akibat letusan Gunung Anak Krakatau ditemukan kerap menembus melewati batas pantai. "Karena itu, kami lebarkan radius amannya karena lontarannya sudah keluar pulau, ke arah laut, keluar pantai. Mulanya 1 kilometer, tapi jadi 2 kilometer," kata dia.
Menurut Wawan, lontaran material dari letusan Gunung Anak Krakatau menyebabkan hanya menyisakan satu peralatan seismik yang berfungsi. PVMBG memasang 3 peralatan pemantauan seismik letusan gunung api tersebut. "Sekarang peralatan kita hanya ada di satu lokasi yang masih bisa memancarkan data ke Pos Pengamatan di Pasauran, di Banten," kata dia.
Satu perlatan seismik rusak akibat tertimpa lontaran material letusan Gunung Anak Krakatau. Alat kedua mati gara-gara pasokan listrik dari panel solar sell terhenti akibat tertutup abu letusan.
PVMBG belum bisa menganti peralatan yang rusak tersebut karena berada dalam radius bahaya letusan Gunung Anak Krakatau. "Statusnya masih Waspada (Level II), peralatan ada dalam radius 2 kilometer, kami tidak boleh ke situ karena lontarannya ada di dalam radius tersebut," kata Wawan. Kendati hanya 1 peralatan yang masih berfungsi, pemantauan aktivitas kegempaan gunung tersebut masih bisa dilakukan. "Masih bisa dipantau," kata dia.
Simak kabar terbaru tentang letusan Gunung Anak Krakatau hanya di kanal Tekno Tempo.co.