Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim ilmuwan internasional termasuk dua astrofisikawan Bengaluru mengungkapkan misteri Matahari yang berusia 142 tahun. Penelitian baru ini diharapkan bisa menjawab salah satu teka-teki terbesar yang terkait dengan Matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti dari Indian Institute of Astrophysics (IIA) menemukan bagaimana jet plasma skala kecil berjumlah sekitar satu juta hadir di Matahari setiap saat atau disebut spikula Matahari, dilahirkan dan mati di bintang. Penemuan bisa mengungkap misteri terbesar yang belum terpecahkan dalam astrofisika, yaitu bagaimana suhu dalam korona matahari meningkat.
Korona adalah atmosfer luar Matahari, yang memanjang ke luar untuk beberapa juta kilometer di luar permukaan Matahari. Meskipun suhu pada inti Matahari mendekati 15 juta derajat Celcius, tapi turun menjadi 5.700 derajat di permukaan matahari (photosphere).
Namun, di atas photosphere, suhu mulai meningkat lagi dengan ketinggian, mencapai satu juta derajat atau lebih di korona. Apa yang menyebabkan kenaikan suhu pada korona meskipun bergerak menjauh dari inti tetap menjadi misteri.
Tanmoy Samanta yang mengambil gelar PhD di IIA, pengawas dan ilmuwan senior IIA Dipankar Banerjee, serta rekan-rekannya dari Cina, Amerika Serikat dan Eropa percaya bahwa spikula matahari memberi mereka kesempatan untuk memecahkan teka-teki itu.
Ditemukan Pastor Angelo Secchi pada 1877, spikula matahari adalah skala kecil (3000-5000 km panjang dan 200-500 km lebar) jet plasma geyser seperti magnetis ditemukan di mana-mana di kromosfer, antarmuka antara photosphere dan korona.
"Mempelajari mereka sulit karena setiap spikula - dari pembentukan hingga runtuh - hanya berlangsung beberapa menit meskipun setiap saat ada sekitar satu juta di antaranya di Matahari," kata Samanta kepada Deccanherald, baru-baru ini.
Teleskop generasi tua tidak cukup canggih untuk mempelajari fitur tersebut. Terobosan datang ketika tim melakukan pengamatan dengan Goode Solar Telescope 1,6 m di Big Bear Solar Observatory, California, teleskop surya terbesar di dunia yang saat ini sedang operasional.
Teleskop tidak hanya mengamati spikula berlebihan dengan sangat rinci, tapi juga mengukur medan magnet di fotosfer dengan resolusi spasial tinggi.
“Spikula dihasilkan dari dua medan magnet polaritas yang berlawanan, saling memusnahkan, dan menghasilkan energi kinetik dan panas. Ini mengarah pada pembuatan jet plasma, yang pada gilirannya mungkin berkontribusi pada peningkatan suhu korona," demikian tertulis dalam junal Science, Jumat lalu.
Namun, ilmuwan perlu belajar lebih banyak untuk memastikannya. Para ilmuwan sekarang harus melakukan simulasi komputer canggih dan investigasi teoretis berdasarkan hasil pengamatan baru ini untuk menyelesaikan masalah pemanasan korona yang menjadi misteri Matahari.
DECCAN HERALD | SCIENCE
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini