Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ini Pernyataan Ridwan Saidi tentang Sriwijaya Kerajaan Fiktif

Pernyataan tokoh Betawi Ridwan Saidi bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan fiktif, menjadi polemik.

28 Agustus 2019 | 06.44 WIB

Ridwan Saidi saat berorasi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Ridwan Saidi menjabarkan sejarah sepakbola khususnya di Jakarta dari zaman ke zaman. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Perbesar
Ridwan Saidi saat berorasi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Ridwan Saidi menjabarkan sejarah sepakbola khususnya di Jakarta dari zaman ke zaman. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan tokoh Betawi Ridwan Saidi bahwa Sriwijaya  merupakan kerajaan fiktif, menjadi polemik. Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Dr. Farida Wargadalem, menilai pernyataan Ridwan itu ngawur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ridwan dalam video yang diunggah akun Macan Idealis pada 23 Agustus 2019, memberikan wawancara pada youtuber Vasco Ruseimy tentang Raden Fatahillah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ridwan menceritakan tentang pasukan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia yang diminta Sultan Trengganu di Malaysia untuk membantunya.

Ketika Vasco menanyakan apakah Sriwijaya termasuk salah satu yang mengirimkan pasukan, Ridwan mengatakan, "Sriwijaya itu kan kerajaan fiktif. Nggak kita sebut ya."

Ia lalu membandingkan dengan Pagaruyung. "Sriwijaya ini kan kerajaan fiktif, itu kan bajak laut yang berpangkalan di Kolomando. Tidak ada bukti sejarah, semuanya dongeng, tidak ada jejaknya. Kesultanan Palembang yang kirim pasukan, bukan Sriwijaya," katanya.

<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/kL3JlDvcPiw" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture" allowfullscreen></iframe>

Menurut Farida, Ridwan Saidi tidak memiliki kapasitas untuk berpendapat mengenai keabsahan Kerajaan Sriwijaya karena ia bukan orang dengan bidang ilmu tersebut.

"Apakah setiap pendapat orang yang tidak jelas keahliannya menjadi sebuah pembenaran? Jika demikian maka tutup saja perguruan tinggi atau kajian-kajian khusus bidang sejarah," kata Farida kepada Antara.

Ia berharap masyarakat tetap berpegang pada hasil kajian para arkeolog dan sejarawan yang telah menggali bukti-bukti sejarah serta tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan yang tidak memiliki landasan ilmiah, mengingat literasi sejarah masyarakat Indonesia masih rendah.

Ridwan Saidi belum berhasil dikonfirmasi mengenai pernyataannya tentang Sriwijaya ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus