Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selamat Tinggal Baterai |
Para peneliti dari Universitas Stuttgart, Jerman, itu merangkai serat sintetis yang bisa menghasilkan energi bila terkena sinar itu ke baju. Kalaupun baju mesti dicuci dengan mesin cuci, tak jadi masalah. Komputer yang disandang pengguna pun bisa kian ramping. Bila pengguna mau menghidupkan komputer ataupun ponsel, ia tinggal menghubungkannya ke baju berserat sumber energi itu.
Menurut Martin Rojahn, salah satu peneliti, sumber energi semacam itu masih memanfaatkan solar cell berbasis silikon amorphous nonkristal, seperti pada kalkulator saku. Untuk menghasilkan energi, serat menjepit tiga lapisan silikon amorphous di antara dua elektroda yang terhubung. Agar arus listrik muncul, tentu harus ada terpaan sinar matahari atau lampu. Setelah itu, baru pengguna bisa merangkaikan ke komputernya.
Dibandingkan dengan silikon kristal, silikon amorphous lebih fleksibel dan seratus kali lebih bagus dalam menyerap sinar matahari. Tak cuma itu. "Silikon amorphous juga lebih murah dibanding yang kristal," kata Rojahn.
Dalam penggunaannya, silikon amorphous pun tak berkendala dengan warna pakaian. Meski serat sintetis tak berwarna alias transparan, ia bisa dimodifikasi sehingga bisa tampil dalam warna biru, cokelat, atau hijau. Bahkan, seperti dikutip situs abc.net.au, medio April 2001, ia bisa berwarna hitam. Tinggal ketebalannya saja yang diatur.
Menyidik Sumber Polusi Air |
PENGGIAT lingkungan kini punya senjata baru. Baru-baru ini sebuah tim peneliti dari Universitas Missouri menemukan alat untuk menguji sumber polusi air. Nama alat itu keren: ribotyping. Alat berbasis DNA (deoxyribonucleic acid) ini mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasi bakteri berdasarkan perbedaan genetis.
Seperti dilansir Daily University Science News, dua pekan lalu, ribo bisa membedakan asal bakteri tersebut: dari kotoran manusia, atau binatang. Malah, jenis binatangnya pun bisa dirinci, yaitu sapi, babi, kuda, ayam, kalkun, anjing, dan angsa.
Tingkat akurasi pembedaan itu, sebagaimana dimuat dalam Applied and Environmental Microbiology, April 2001, bisa 97 persen. Akurasi serupa juga diperoleh pada pembedaan sumber kotoran dari tujuh jenis binatang tadi.
Tentu penemuan itu amat berarti bagi aksi kali bersih. Dengan diketahuinya jenis dan sumber polusi air, para penggiat lingkungan ataupun pemerintah bisa menentukan langkah konkret agar polutan tak terus bertambah. Misalnya polutannya adalah kotoran kuda, maka bisa ditelusuri sumbernya dan diupayakan agar pemilik kuda tak lagi membuang limbah hewan piaraannya sembarangan.
Detektor Merkuri pada Ikan |
TAK henti-hentinya dilakukan upaya menangkal ancaman logam berat merkuri. Memang, bahaya polutan yang satu ini amat menyeramkan. Zat beracun itu bisa merusak sistem saraf dan mengakibatkan bayi lahir cacat. Masyarakat dunia tentu tak bisa melupakan tragedi merkuri di Teluk Minamata, Jepang, pada 1950-an.
Upaya melibas merkuri juga dilakukan tim peneliti dari Institut Penelitian Scripps, Amerika. Hasilnya, mereka menemukan alat yang dinamai colorimetric untuk mendeteksi kandungan merkuri pada ikan. Dalam publikasi Issue of Bioorganic and Medical Chemistry, April 2001, colorimetric punya banyak kelebihan, yakni praktis, murah, dan aman.
Prinsip kerjanya mirip dengan alat tes kehamilan. Jadi, pengguna cukup memperhatikan perubahan warna yang terjadi pada alat tersebut. Proses pendeteksian merkuri memang melibatkan cairan dengan molekul yang bisa mengikat merkuri. Bila ikan tercemar merkuri, warna cairan berubah. Jelas, cara ini lebih sederhana ketimbang harus menguji ikan di laboratorium. Karenanya, colorimetric bisa digunakan oleh ibu rumah tangga yang akan menyiangi ikan.
Dwi Wiyana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo