Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Jet Anti-Serangan Nuklir E-6B Mercury Tak Berdaya Melawan Burung

Pesawat anti-serangan nuklir E-6B Mercury milik Angkatan Laut AS ini, ternyata dibuat tak berdaya oleh seekor burung kecil.

20 Oktober 2019 | 12.56 WIB

Pesawat anti serangan nuklir  E-6B Mercury  milik Angkatan Laut AS. (Dok. Angkatan Laut AS)
Perbesar
Pesawat anti serangan nuklir E-6B Mercury milik Angkatan Laut AS. (Dok. Angkatan Laut AS)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat terbang "kiamat" milik Angkatan Laut AS, E-6B Mercury yang dirancang bisa lolos dari serangan nuklir, ternyata dibuat tak berdaya oleh seekor burung kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Gara-gara salah satu dari empat mesin pesawat itu tertabrak seekor burung, pesawat mengalami kerusakan parah yang oleh Angkatan Laut AS dinyatakan sebagai "kecelakaan Kelas A," yang berarti peristiwa tersebut menyebabkan kerugian lebih dari US$ 2 juta, kematian atau cacat permanen, demikian dilaporkan Navy Times, 18 Oktober 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Insiden terjadi pada 2 Oktober 2019, saat Boeing E-6B Mercury itu melakukan manuver touch-and-go atau pesawat mendarat dan kemudian lepas landas lagi tanpa berhenti total, tiba-tiba menabrak burung yang belum teridentifikasi.

Tim Boulay, juru bicara Divisi Pesawat Naval Air Warfare Center, mengatakan kepada Military.com. Serangan burung itu terjadi di Pangkalan Angkatan Laut di Maryland.

Tidak ada awak yang cedera akibat kejadian itu, dan pesawat mendarat dengan selamat di landasan pacu di pangkalan udara.

Pesawat telah diperbaiki. "Mesinnya telah diganti, dan pesawat telah dikembalikan ke layanan," kata Boulay.

Ini merupakan kejadian kedua. Pada Februari lalu, E-6B Mercury juga menabrak burung dan harus menjalani perbaikan di Pangkalan Angkatan Udara Oklahoma.

E-6B Mercury adalah Boeing 707 yang difungsikan sebagai pesawat komando Angkatan Laut AS jika terjadi perang nuklir. Sistem-sistemnya dibuat untuk bertahan hidup dari dampak bom nuklir yang meledak di bawahnya, tulis Center for the National Interest, sebuah think tank kebijakan publik yang berbasis di Washington, D.C.

Pesawat itu menggunakan sistem komunikasi frekuensi rendah yang memungkinkan mereka bisa berkomunikasi dengan pasukan rudal nuklir Angkatan Laut AS di kapal selam rudal balistik di laut, menurut Military.com.

Pesawat kiamat ini juga dilengkapi dengan apa yang disebut sistem kontrol peluncuran udara, yang dapat meluncurkan rudal balistik antarbenua.

Serangan burung terhadap pesawat tidak jarang terjadi. Menurut catatan pemerintah AS, setiap tahun, sekitar 3.000 insiden tabrakan dengan satwa liar terjadi pada pesawat militer dan 2.300 lainnya terhadap pesawat sipil.

NAVY TIMES | MILITARY | LIVESCIENCE

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus