Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA -- Indonesia mengikuti jejak sejumlah negara yang memanfaatkan bakteri wolbachia untuk memberantas nyamuk. Sejumlah negara, seperti Singapura dan Australia, lebih dulu menjajal keampuhan bakteri tersebut untuk meredam ancaman virus dengue yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti.
Â
Di Singapura, wolbachia dipelajari sejak 2012. Melalui Badan Lingkungan Hidup atau NEA, Negeri Singa menggelar proyek pengembangbiakan nyamuk senilai setara Rp 53 miliar. Fasilitas tersebut diklaim bisa menghasilkan 5 juta Aedes aegypti per pekan. Nyamuk-nyamuk tersebut lantas disebar ke ratusan blok perumahan yang jadi titik penyebaran demam berdarah dengue di negara pulau tersebut.
Â
Sebagai contoh, pada Mei 2020, kawanan nyamuk berbakteri wolbachia dilepas di 207 blok perumahan di Choa Chu Kang, Keat Hong, dan Hong Kah Utara. Uji coba terus diperluas sepanjang tahun. Hasilnya, Singapura mengklaim mampu menekan angka jangkitan demam berdarah hingga 80 dan 90 persen.Â
Â
Padahal, pada 2020, Singapura mencatatkan rekor tertinggi kasus demam berdarah dengue dengan 26 ribuan kasus, termasuk 20 orang meninggal. Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada 2013 dengan jumlah kasus demam berdarah mencapai sekitar 22 ribu orang. Ironisnya, pada 2020, Singapura juga berjibaku melawan Covid-19 dengan catatan 56 ribu kasus dan 27 kasus kematian.Â
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo