Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Klungbot, Robot Angklung dari Bandung

Sekelompok peneliti, teknisi, dan seniman Kota Bandung bekerja sama menciptakan angklung robot, yang memainkan lagu-lagu dengan program komputer.

2 September 2015 | 13.24 WIB

Seniman bambu, Tata, memerlihatkan mainan yang diberi nama Robot Angklung dalam acara 'Angklung Vaganza' bertajuk OInspiring of Harmonyo, Bandung, Jawa Barat, (13/10). ANTARA/Agus Bebeng
Perbesar
Seniman bambu, Tata, memerlihatkan mainan yang diberi nama Robot Angklung dalam acara 'Angklung Vaganza' bertajuk OInspiring of Harmonyo, Bandung, Jawa Barat, (13/10). ANTARA/Agus Bebeng

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok peneliti, teknisi, dan seniman Kota Bandung bekerja sama menciptakan angklung robot atau Klungbot, yang memainkan lagu-lagu dengan program komputer.

"Angklung ini terhubung dengan program komputer sehingga dapat membunyikan musik otomatis. Dari lagu-lagu Sunda, lagu-lagu pahlawan, hingga lagu Barat, sudah tersedia di dalam program," kata salah satu teknisi sekaligus tim marketing Klungbot, Seno Nugroho, Rabu, 2 September 2015.

Pengguna, ia menjelaskan, bisa memasukkan lagu dengan aransemen khusus ke program Klungbot supaya bisa dibaca sistem. Setelah membaca masukan itu, sistem akan menggerakkan seperangkat angklung yang bentuknya tak jauh berbeda dari angklung biasa.

"Untuk memasukkan nada, bisa melalui keyboard, komputer, Android, dan yang terbaru melalui gerakan tangan," ujarnya. Selain itu, ia menambahkan, pengguna bisa menggerakkan tangan sesuai dengan sandi-sandi nada ke webcam.

Ide awal Klungbot terinspirasi dari keseharian anak dosen fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga penemu Klungbot, Eko Mursito, yang setiap hari melewati Saung Angklung Udjo menuju rumahnya. "Karena anak Pak Eko setiap hari lewat Saung Udjo, lama-lama terpikirkan ide untuk membuat angklung otomatis. Awal mengembangkan angklung ini sejak tahun 2010," tutur Seno.

Tim pembuat Klungbot, menurut Seno, meliputi teknisi laboratorium fisika serta mahasiswa dan dosen ITB, serta seniman Saung Angklung Udjo. "Kami meneliti sejak tahun 2010, dan masih akan terus mengembangkan Klungbot," ucapnya.

Saat ini, menurut dia, Klungbot diproduksi untuk keperluan komersial dengan mayoritas konsumen pemilik/pengelola restoran, di antaranya berasal dari Medan dan Bali. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan juga pernah membeli perangkat yang per unitnya dijual dengan harga Rp 15-25 juta tersebut.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus