Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Mata-mata di Atas Air

Tujuh mahasiswa UI membuat kapal robot swatantra pertama di Indonesia. TNI Angkatan Laut tertarik mengembangkannya sebagai bagian dari sistem persenjataan.

9 Desember 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siluman hitam itu mondar-mandir di danau Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat. Hanya suara air terkocok yang terdengar ketika sosok dengan sepasang mata besar ini membelah permukaan danau. Melesat dengan kecepatan 25 kilometer per jam, sang siluman melaju mulus seolah-olah melayang di atas air.

Jangan salah, siluman tersebut adalah kapal robot bikinan tujuh mahasiswa Universitas Indonesia. Namanya Makara-02. Dalam "Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional" di Pantai Kartini, Jepara, Jawa Tengah, akhir bulan lalu, kapal ini meraih dua penghargaan: desain terbaik dan peringkat kedua kategori autonomous. Lawannya datang dari 17 perguruan tinggi di Indonesia.

"Desain yang kami buat memang berbeda. Banyak orang yang bertanya-tanya, ini kapal atau bukan," ujar Muhammad Hary Murti, ketua tim robot kapal Universitas Indonesia, ketika ditemui di Depok pada Rabu pekan lalu.

Bentuk unik inilah yang membuat kapal mempesona. Geladak dibuat menyerupai tubuh ikan untuk meminimalkan hambatan udara. Ditopang sepasang dinding yang tersambung ke lambung kapal di bawah permukaan air, geladak terlihat melayang di atas permukaan air. Lambung hampa udara ini yang memberikan daya apung kapal.

Dalam ilmu perkapalan, desain yang diadopsi Makara-02 dikenal sebagai small waterplane area twin hull (SWATH). Ini merujuk pada landasan yang melayang di atas permukaan air karena berdiri di dua lambung yang terbenam. Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Frederick Creed dari Kanada. Ia mematenkan rancangannya pada 1946.

Menurut Sunaryo, dosen Jurusan Teknik Perkapalan UI, SWATH pada dasarnya bertujuan menjinakkan lautan ganas. Dua lambung yang terbenam di bawah permukaan menjadi tempat berpijak dua kaki penopang geladak atau disebut konektor.

Ketika ombak mendorong satu lambung ke atas, lambung lain akan menahan sehingga kemiringan geladak tak berubah drastis. Ini berbeda dengan kapal konvensional dengan satu lambung. Ketika ombak mengangkat lambung dari satu sisi, sisi lain akan ikut oleng sehingga geladak menjadi miring.

Bentuk lambung sengaja dibuat mirip torpedo supaya kapal dapat melaju cepat meski lambung terbenam di dalam air. Sebagai pendorong, setiap lambung dipa­sangi baling-baling bermotor listrik. Kedua dinding di atas lambung dibuat tipis dan meruncing agar mampu membelah air dengan sempurna. Dalam ilmu perkapalan, desain ini disebut wave piercing alias membelah ombak.

Kombinasi desain lambung torpedo dan pembelah ombak, ditambah dorongan dua baling-baling, membuat kapal mampu melaju 40 persen lebih cepat ketimbang kapal biasa. Pada kecepatan maksimal, kapal bahkan bisa berselancar hingga 72 kilometer per jam. "Dalam kontes robot, kami tercepat kedua. Padahal baru pakai 50 persen kecepatan," ucap Hary.

Baling-baling pendorong ini juga berfungsi sebagai pengendali gerakan. Jika hendak berbelok ke kiri, kecepatan putar baling-baling kiri diperlambat, sedangkan kecepatan putar baling-baling kanan dipertahankan atau bahkan dipercepat. Hasilnya, kapal sigap bermanuver dan bahkan bisa berlayar dengan senyap bak siluman.

Makara-02 juga dirancang mampu mengambil keputusan sendiri. Kapal ini dilengkapi dua kamera yang berfungsi sebagai mata. "Hanya kapal kami yang pakai kamera," kata Hary, yang mengaku membutuhkan dana Rp 20 juta untuk membuat kapal tanpa awak ini.

Mata digital yang berupa webcam ini mampu mengenali perbedaan warna dan bentuk. Informasi inilah yang dipakai kapal untuk menentukan tujuan dan rute perjalanan. Semua dilakukan secara swatantra (autonomous).

Mata ini bisa merekam 30 gambar per detik dan menghasilkan pandangan stereoskopik, persis seperti pada mata manusia. Perangkat lunak pengolah gambar dipakai untuk menghitung jarak benda yang dituju. "Ketika target sudah dekat, kapal bisa melambat sendiri," katanya.

Sedangkan untuk mendeteksi kebocoran lambung, alat sensor air dipasang di sepanjang lambung kapal. Sensor ini berupa kabel panjang yang akan mengirim sinyal ke komputer dan memerintahkan untuk menyalakan sinyal bahaya jika air merembes ke dalam kapal.

Dalam dunia militer, kendaraan tanpa awak sudah lazim. Contohnya robot penjinak bom atau pesawat mata-mata. Teknologi ini menghilangkan risiko korban jiwa. Negara yang sudah memanfaatkan teknologi ini antara lain Amerika Serikat, Jerman, Israel, juga Indonesia.

Hanya, untuk di perairan, Indonesia belum memiliki kapal swatantra. Ini yang membuat peluang pemakaian Makara-02 di bidang militer terbuka lebar. Tanda-tanda itu mulai tampak manakala Makara-02 "dipinjam" untuk ditampilkan di stan Tentara Nasional Indonesia dalam acara Indo Defense 2012 di Jakarta.

Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Dr Marsetio MM berencana mengundang tim dari UI untuk berdiskusi pada awal tahun depan. Jika berjalan mulus, nota kesepahaman pengembangan kapal swatantra sebagai salah satu alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut akan ditandatangani setelah itu.

Menurut Yono Reksoprodjo, penasihat ahli perang maya di Markas Besar TNI, Makara-02 bisa masuk peta jalan pengembangan pertahanan dunia maya militer. Jika dibuat lebih besar dan dilengkapi peralatan nirkabel yang terhubung ke satelit, kapal ini bisa menjadi kendaraan penyusup atau mata-mata di daerah perbatasan.

Tugas kapal tanpa awak ini memantau pergerakan kapal musuh. Bahkan bisa saja dikembangkan untuk mengintervensi ruang kendali lawan. "Kapal ini bisa bersembunyi di balik gelombang lalu meretas kapal musuh. Malah bisa juga meluncurkan torpedo milik lawan," kata Yono.

Pengajar di Universitas Pertahanan Indonesia ini mengatakan Makara-02 bisa melangkah lebih jauh dan berbahaya jika dipasangi torpedo. Hasilnya, kapal bisa menyerang lawan menggunakan senjata yang diangkut sendiri. Dari situlah Yono menjulukinya Sea Ghost atau Hantu Laut, sebagai pengembangan militer bagi kapal Makara-02.

Hary mengaku sudah siap dengan gagasan yang ditawarkan TNI. Kapal rancangannya akan memiliki panjang 7 meter dan sanggup membawa muatan hingga 4 ton. Panel surya terpasang di samping kapal sebagai salah satu sumber energi selain baterai. "Soal desain, orang Indonesia kreatif kok," ujarnya bangga.

Sunaryo tak mau kalah dengan anak didiknya. Menurut dia, Makara-02 juga berpotensi dimanfaatkan untuk kepentingan nonmiliter. Kemampuan kapal menembus daerah berbahaya dalam waktu cepat dan mandiri membuat Makara-02 bisa digunakan untuk tugas penyelamatan. Kapal juga bisa dipakai untuk mengumpulkan data ke daerah yang tercemar minyak. "Kemampuan nonmiliternya lebih banyak," katanya.

Anton William

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus