Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak banyak informasi tentang struktur bulan bagian dalam. Namun ilmuwan di University of Rhode Island (URI), Amerika Serikat, Ananya Mallik, membuat satu langkah penting. Ia berhasil menentukan suhu inti bulan dan lapisan luarnya. Informasi ini penting untuk memetakan struktur bagian dalam bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan suhu inti bulan berkisar antara 1.300 dan 1.460 derajat Celsius. Angka itu lebih tinggi 800 derajat Celsius dibanding perkiraan sebelumnya. "Untuk memetakan struktur bagian dalam bulan, tentu kita harus mengetahui suhunya lebih dulu," ucap Mallik, asisten profesor geosciences di URI, pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mallik menambahkan, sejauh ini ada dua titik di bulan yang suhunya sudah diketahui, yakni lapisan inti dan suhu di permukaan, yang pernah dicatat astronaut Apollo. "Itu sangat membantu kami. Untuk menentukan struktur bagian dalam dan komposisinya, dua informasi itu yang kita butuhkan."
Suhu pada permukaan bulan sekitar -20 derajat Celsius. Menurut Mallik, bulan memiliki inti besi seperti bumi. Dalam penelitian sebelumnya, dengan data seismik, diketahui 5-30 persen material di sekeliling inti dan lapisan luar bulan berupa cairan. "Yang menjadi pertanyaan, mengapa ada cairan di bagian paling dalam bulan?" ucap dia.
Untuk mendapatkan jawabannya, Mallik melakukan serangkaian penelitian sejak 2016 di Bavarian Research Institute of Experimental Geochemistry and Geophysics di Jerman. Dia menggunakan contoh bebatuan seperti yang ada di bulan dan meremukkannya pada kondisi 45 ribu kali tekanan atmosfer bumi.
Tekanan tersebut dipercaya seperti yang ada di lapisan luar inti bulan. Lalu, dengan pemanas grafit, Mallik melelehkan bebatuan tersebut. "Tujuannya adalah menentukan kisaran suhu yang bisa melelehkan 5-30 persen material. Ini akan memberi petunjuk kisaran suhu pada batas luar inti," kata dia.
Setelah kisaran suhu di antara permukaan dan inti bulan diketahui, para ilmuwan mulai dapat menentukan suhu bagian dalam bulan yang lebih tepat. Setelah itu, didapatkan informasi profil mineral yang membentuk lapisan dalam dari kerak bulan sampai ke intinya.
Menurut Mallik, sangat penting untuk mengetahui struktur bulan agar lebih dipahami mengapa bulan berevolusi seperti sebelumnya. Sejarah pembentukan bumi dan bulan pun tak terpisahkan. Faktanya, keduanya adalah produk dari tabrakan besar antara bumi dan benda seukuran Mars yang terjadi lebih dari 4,5 miliar tahun silam.
"Jadi, untuk memahami bumi lebih baik, kita harus mengenal tetangga terdekat karena semua memiliki awal yang sama," ucap Mallik. "Setiap kesamaan komposisi antara bumi dan bulan dapat memberi kita informasi ihwal bagaimana dua benda planet ini terbentuk, apa saja energi dari tabrakannya, dan bagaimana elemen-elemen di antara keduanya terpisahkan."
Ahli geologi URI mencatat bahwa bumi berevolusi melalui proses lempeng tektonik, yang mempengaruhi distribusi benua, topografi permukaan bumi, pengaturan iklim jangka panjang, dan, bahkan, mungkin asal-usul kehidupan. Namun, sebaliknya, tak ada bukti lempeng tektonik ada di bulan.
"Segala sesuatu di bumi terjadi karena lempeng tektonik," kata dia. "Apa yang terjadi di bumi tak terjadi di bulan. Ini alasan yang sama mengapa kita mempelajari Mars dan Venus. Mereka adalah planet tetangga terdekat kita, dan kita semua memiliki awal yang sama. Tapi mengapa mereka sangat berbeda dari planet kita?"
Selanjutnya, Mallik akan melakukan eksperimen untuk menentukan bahan cair pada lapisan inti bulan. Bekerja sama dengan Heidi Fuqua Haviland dari Marshall Space Flight Center NASA dan Paul Bremner dari University of Florida, ia akan menggabungkan hasil ini dengan metode komputasi untuk mendapatkan profil suhu dan komposisi bagian dalam bulan.
SCIENCEDAILY | SPACE.FM | FIRMAN ATMAKUSUMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo