Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Antariksa Amerika atau NASA baru-baru ini mendeteksi ledakan termonuklir besar yang datang dari luar angkasa, sebagaimana dilaporkan Science Alert, 10 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut laporan itu, asal ledakan tersebut adalah pulsar atau bintang neutron yang merupakan sisa-sisa bintang yang meledak dalam supernova tetapi terlalu kecil untuk membentuk lubang hitam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NASA melihat ledakan itu karena mengirimkan sinar x-ray yang intens yang diambil oleh NICER observatorium orbital NASA. Secara keseluruhan, ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat bahwa luar angkasa adalah tempat yang sangat berbahaya, sangat logam.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters bulan lalu, ledakan Agustus itu dalam 20 detik melepaskan jumlah energi yang sama yang dibutuhkan Matahari 10 hari. "Ledakan ini luar biasa," kata ahli astrofisika NASA Peter Bult, yang memimpin penelitian.
"Kami melihat perubahan dua langkah dalam kecerahan, yang kami pikir disebabkan oleh penyemburan lapisan yang terpisah dari permukaan pulsar, dan fitur lain yang akan membantu kami memecahkan kode fisika dari peristiwa yang kuat ini," lanjut Bult dalam pernyataan NASA.
Para astronom berpendapat bahwa ledakan termonuklir tersebut disebabkan oleh helium yang tenggelam di bawah permukaan pulsar dan menyatu menjadi bola karbon. "Kemudian helium meledak secara eksplosif dan melepaskan bola api termonuklir di seluruh permukaan pulsar," kata kepala NICER Zaven Arzoumanian.
GALUH PUTRI RIYANTO | SCIENCE ALERT