Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Kebumian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Danny Hilman Natawidjaja, menjelaskan pentingnya pemetaan detail sesar aktif di Indonesia. Menurutnya, hal itu dilakukan agar mitigasi bencana gempa bisa dilakukan dengan tepat sesuai dengan sumber bencananya itu sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Pemetaan itu harus akurat, dan sangat penting untuk rencana pembangunan infrastruktur, agar di masa mendatang tidak menimbulkan risiko yang buruk,” ujar dia dalam acara Prof Talk bertajuk ‘Refleksi Akhir Tahun: Membaca Secara Ilmiah Kebencanaan 2021 di Indonesia’ pada Senin, 27 Desember 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Profesor Riset di bidang Geologi Gempa dan Kebencanaan itu melanjutkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mitigasi. Pertama bagaimana guncangannya, ketika sudah mengetahuinya, tentu bangunan di wilayah tersebut harus dibuat sesuai dengan standar kegempaan terbaru.
Kedua menghindari jalur sesar dengan tujuan untuk mengurangi dampak yang sangat merusak karena efek pergerakan tanah. Dan bahaya ikutan yang terjadi, seperti munculnya tsunami jika gempa terjadi di bawah laut, atau likuifaksi (pencairan tanah) seperti yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah, pada 2018.
“Jadi biasanya kalau sudah dipetakan akurat seharusnya zona tidak boleh ada infrastruktur, terutama yang penting seperti rumah sakit dan sekolah,” tutur Danny.
Danny yang merupakan pakar geologi lulusan California Institute of Technology, Amerika Serikat, itu menambahkan bahwa pihaknya sudah memiliki data rekaman gempa dari 1900-2016 yang dibuat oleh Pusat Studi Gempa Nasional. Data itu menjadi dasar pembuatan formulasi guncangan dan peta zonasi gempa Indonesia.
Jadi pada dasarnya, kata dia, gempa itu adalah gerakan pada sesar, proses deformasi elastik, sehingga ada siklus, akumulasi, dan pelepasan pergerakan. “Artinya siklus ini ada periode ulang yang bisa kita pelajari,” katanya lagi.
Menurut Danny, jalur sesar aktif dan sumber tsunami di Indonesia masih sedikit diteliti. Dia menyarankan diperlukannya riset yang masif, sistematis, terintegrasi, dan komprehensif dalam program skala nasional. “Ini sangat penting, karena tanpa pengetahuan sumber gempa dan tsunami yang cukup, maka usaha mitigasi akan terhambat.”
Baca:
BMKG Pasang 22 Seismograf Digital Ansitipasi Tsunami Aceh Terulang
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.