Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Peneliti astronomi dan teknisi di bengkel kerja Observatorium Bosscha punya kesibukan khusus menjelang peristiwa gerhana matahari total di wilayah Indonesia pada 9 Maret 2016. Mereka membuat pendulum bersensor untuk membuktikan apakah fenomena gerhana matahari sanggup mempengaruhi rotasi atau gaya tarik bumi (gravitasi).
Pembuatan pendulum ini tidak semudah membeli pendulum impor, yang sudah dijual seharga Rp 50 juta. Direktur Observatorium Bosscha, Mahasena Putra, bahkan turun tangan langsung dalam pembuatan pendulum bersensor itu. Namun biaya pembuatannya terhitung murah, kurang dari Rp 1 juta. Walau begitu, membuat pendulum cukup sulit.
“Kami sama-sama belajar bagaimana membuatnya. Kalau tinggal beli, kita tidak berkembang,” kata Mahasena di bengkel kerja itu. Targetnya, pendulum bersensor itu sudah bisa dipakai saat gerhana matahari 9 Maret mendatang.
Pendulum bersensor itu wujudnya mengikuti bentuk alat seperti yang digunakan peneliti Horacio R. Salva dan timnya dari Argentina. “Paper itu sudah lama di laci, baru dilirik lagi sebulan lalu,” kata Mahasena. Alat itu pun sudah teruji fungsinya, walau bukan diuji saat gerhana matahari berlangsung.
Peneliti Bosscha membuat ulang pendulum setinggi 2,5 meter itu karena ideal dan sederhana. Bandul pendulum seberat 12 kilogram yang berayun dengan seutas tali baja bisa bergerak terus dengan aliran listrik kecil. Perangkat itu pun sanggup mencatat data secara otomatis.
Menurut Mahasena, peneliti Observatorium Bosscha ingin membuktikan Allais Effect di daerah khatulistiwa atau ekuator bumi saat gerhana matahari total dan parsial melintasi wilayah Indonesia pada 9 Maret mendatang.
Allais Effect merupakan hasil pengamatan ilmuwan Prancis, Maurice Allais, saat terjadi gerhana matahari di negaranya pada 1954. Ia mendapati ada kecepatan pendulum yang secara alami bergerak mengikuti rotasi atau perputaran bumi, kemudian bergerak normal kembali.
Normalnya, tutur Mahasena, pendulum dengan bandul bergerak berputar misalnya 15 derajat per jam jika dipasang di kutub utara atau selatan. Di daerah tersebut, bandul akan berputar sempurna 360 derajat dalam waktu 24 jam. Kecepatan tersebut bakal berkurang jika pendulum ditempatkan di belahan dunia lain atau karena faktor garis lintang. “Kalau tepat di garis ekuator bumi, pendulum itu diam, tidak bergerak,” kata Mahasena.
Masalahnya, sampai sekarang, Allais Effect yang diulang sejumlah peneliti tidak menghasilkan kejadian yang sama. Hasil pengamatannya pun ada yang diragukan, kata Mahasena, dan alat pengukurnya disalahkan. “Untuk astronomi, ilmuwan yang observasi itu paling senang kalau menemukan gejala yang tidak bisa diterangkan dengan teori dan teorinya harus di-oprek lagi. Kata Allais, teori gravitasi mungkin harus diperbaiki,” kata pengajar Astronomi di ITB tersebut.
Bagaimana hasilnya ketika pendulum buatan Observatorium Bosscha tersebut digunakan nanti? Mahasena mengatakan mereka harus membuat alatnya berfungsi sempurna dulu agar pengukurannya akurat dan tidak disangsikan pihak lain.
ANWAR SISWADI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini