Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Perubahan Iklim Pudarkan Warna Terumbu Karang di 3 Samudra

Saat ini koloni terumbu karang di tiga samudra dunia tengah mengalami pemudaran warna masif akibat perubahan iklim.

9 Oktober 2015 | 11.42 WIB

Salah satu jenis coral atau terumbu karang yang menjadi pemandangan bagi para penyelam di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 7 Agustus 2015. Wakatobi sangat kaya dengan beragam jenis coral, 750 dari 850 spesies koral di dunia, ada di Wakatobi. TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Salah satu jenis coral atau terumbu karang yang menjadi pemandangan bagi para penyelam di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 7 Agustus 2015. Wakatobi sangat kaya dengan beragam jenis coral, 750 dari 850 spesies koral di dunia, ada di Wakatobi. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Iklim dunia yang tengah mengalami perubahan ternyata tak hanya mengancam mereka yang hidup di daratan. Terumbu karang yang hidup di dasar laut pun ikut terkena dampak.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyatakan saat ini koloni terumbu karang di tiga samudra dunia tengah mengalami pemudaran warna masif. Fenomena yang terjadi tahun ini serupa dengan tahun 1997 dan 2010, yakni suhu bawah laut melonjak drastis karena El Nino tinggi.

"Temperatur dasar laut sudah demikian panas hingga karang-karang tak bisa lagi bertahan. Ini jauh berbeda dengan kondisi tahun-tahun El Nino normal," kata Richard Vevers, Direktur XL Catlin Seaview Survey, seperti dilansir dari Live Science, Kamis waktu setempat, 8 Oktober 2015. Koloni terumbu karang seluas 4.600 mil persegi di Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia pun terkena dampaknya.

Pemudaran warna ini terjadi karena terumbu karang tak dapat lagi bertahan dengan panas, sehingga akhirnya melepaskan alga yang hidup bersimbiosis dengan mereka. Padahal alga merupakan unsur yang memberikan warna-warni pada tubuh koral. Setelah pelepasan, yang tertinggal hanyalah gugusan koral-koral mati tak berwarna.

Mark Eakin, koordinator dari NOAA, memperkirakan fenomena ini akan terus bertambah parah ke depan. Peningkatan suhu dasar laut bermula sejak tahun 2014, dan terus meningkat hingga 2015 ini. Menurut prediksi yang dikeluarkan NOAA, dengan kondisi El Nino seperti ini, tahun 2016 pun tak akan menjadi baik bagi terumbu karang.

"Terutama di daerah Samudra Hindia, tingkat stress thermal-nya akan jauh memburuk," ujarnya.

Saat ini, NOAA dan Caitlin Seaview Survey terus bekerja sama untuk menghitung dampak nyata dari fenomena tersebut. Dengan memanfaatkan teknologi foto panorama beresolusi tinggi, mereka terus mengamati dan memetakan kehidupan bawah laut. Pengamatan ini juga melihat sejauh mana organisme bawah laut bertahan menghadapi peningkatan suhu dan spesies mana yang memiliki daya tahan tinggi.

LIVE SCIENCE | CNN | URSULA FLORENE


Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus