Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Polusi Udara Jakarta Terburuk, dari Mana Sumbernya?

Diah Ratna Ambarwati menjelaskan bahwa sumber polusi udara di Jakarta adalah transportasi darat.

27 Juni 2019 | 12.31 WIB

Masyarakat bersepeda sembari memakai masker pada aksi peduli udara bersih yang digelar di Bundaran HI, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018. Aksi tersebut menuntut aksi nyata pemerintah untuk membuat strategi dan rencana aksi yang jelas secara hukum guna membenahi darurat polusi di Ibukota. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Perbesar
Masyarakat bersepeda sembari memakai masker pada aksi peduli udara bersih yang digelar di Bundaran HI, Jakarta, Rabu 5 Desember 2018. Aksi tersebut menuntut aksi nyata pemerintah untuk membuat strategi dan rencana aksi yang jelas secara hukum guna membenahi darurat polusi di Ibukota. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Diah Ratna Ambarwati menjelaskan bahwa sumber polusi udara di Jakarta adalah transportasi darat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu menanggapi catatan situs penyedia peta polusi udara AirVisual yang menyatakan bahwa DKI Jakarta merupakan kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia.

AirVisual menyebutkan bahwa Air Quality Index-nya (AQI) memiliki nilai 208 per pagi, Rabu, 26 Juni 2019 pukul 08.33 WIB, yang artinya udara di Jakarta sangat tidak sehat.

"Sumber pencemaran udara di DKI Jakarta, karena kota metropolitan, lebih didominasi oleh transportasi darat, kemudian kita juga sedang giat-giatnya membangun nih," ujar Diah kepada Tempo melalui telepon, Rabu sore, 26 Juni 2019.

Namun, menurut Diah, AirVisual seharusnya tidak bisa men-judge bahwa seluruh wilayah Jakarta udaranya buruk, karena lokasi pengukurannya tidak diketahui.

"Proyek pembangunan juga memberikan dampak pada lingkungan terutama udara karena pembangunan menghasilkan debu. Sedangkan ruang terbuka hijau kita semakin sedikit karena pembangunan semakin meningkat," kata Diah. "Ditambah lagi saat ini memasuki musim kemarau di Jakarta, di mana suhunya tinggi itu juga berpengaruh."

Diah membandingkan dengan lima stasiun pemantau kualitas udara di lima wilayah yaitu di Bundaran HI (DKI 1), Kelapa Gading (DKI 2), Jagakarsa (DKI 3), Lubang Buaya (DKI 4), dan Kebun Jeruk (DKI 5). Menurut Diah, berdasarkan kelima stasiun tersebut Air Quality Index di Jakarta masih sedang, tidak seperti yang dilaporkan AirVisual.

Saat ini, Diah menambahkan, Pemerintah DKI Jakarta sedang konsentrasi terhadap perbaikan kualitas udara. "Sedang kami godok semua. Contohnya saat ini kita sedang membuat green design pengendalian pencemaran udara, kita sedang membuat road map-nya untuk Jakarta Clean Air hingga 2030," tutur Diah.

Diah melanjutkan, bahwa bentuk aksinya banyak, sampai ada 14 rencana aksi. Misalnya pengembangan transportasi umum ramah lingkungan, penerapan uji emisi kendaraan bermotor, pengendalian kualitas udara di kegiatan industri dan penyediaan bahan bakar ramah lingkungan.

Bahkan untuk uji emisi sudah dilaksanakan dari tahun-tahun lalu, dan sekarang akan lebih giat lagi melakukannya dan dikaitkan dengan perpanjangan pajak kendaraan bermotor dan parkir kendaraan bermotor.

"Kami akan kita bekerja sama dengan Polda Metro untuk pajak kendaraan bermotor. Juga sekarang sudah digalakkan operasi lintas jaya terhadap kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas. Karena ada bus yang mengeluarkan asap hitam, nah kita sedang fokus ke situ," ujar Diah.

Simak artikel lainnya tentang polusi udara Jakarta di kanal Tekno Tempo.co.

Erwin Prima

Erwin Prima

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus