Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat mulai gencar-gencarnya menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Bagi masyarakat umum, yang awalnya merupakan menjadi cara yang menyenangkan, tidak berbahaya, dan tidak menghabiskan waktu dengan lama berubah menjadi sesuatu yang mengancam bagi integritas artistik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seperti yang dilansir dari Cornell Tech, program AI generatif dilatih dengan mengambil kumpulan data publik online yang besar untuk mempelajari kata-kata yang berhubungan dengan gambar yang bersangkutan. Setelah ini selesai, pengguna dapat memasukkan perintah teks yang menyebabkan program mengkompilasi apa yang telah dipelajari dan menggabungkannya menjadi satu keluaran gambar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tuduhan pencurian seni muncul seputar penggunaan karya kreatif untuk melatih model-model ini, karena keluaran gambar meniru gaya seniman terkemuka tanpa persetujuan mereka. Reaksi balik berkembang ketika karya buatan AI memenangkan tempat pertama dalam kompetisi seni. Di Reddit, seorang pengguna dilarang mengunggah karya mereka sendiri karena terlalu mirip dengan seni AI. Pada akhirnya, kemarahan tersebut telah menyebabkan banyak tuntutan hukum terhadap program-program ini.
Namun, Scott Belsky, Chief Product Officer Adobe saat ditanya pada acara Cornell Tech di Bloomberg tentang bagaimana kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin cocok dengan masa depan seni, ada tiga poin utama yang disebutkan yaitu:
Kepercayaan diri kreatif pada seseorang biasanya mencapai puncaknya saat masih anak-anak, jelas Belsky. Dimulai dengan gambar krayon sederhana, banyak anak menemukan jalan keluar kreatif dalam seni. Perkiraan kasar mengenai rumah, hewan, dan orang-orang tercinta sangat dijunjung tinggi saat ditempel di lemari es.
Namun, seiring bertambahnya usia dan bertemu dengan para kritikus, mereka yang bersikeras pada warna dalam garis dan representasi akurat di halaman menjadikan kepercayaan diri kita menurun. Dengan hal tersebut, demikian pula upaya banyak orang untuk menekuni usaha seni. Teknologi ini tidak hanya membuat kreativitas dapat diakses secara luas, tetapi juga memungkinkan tumbuhnya kepercayaan diri artistik individu karena hambatan masuknya cukup rendah.
AI Generatif memungkinkan seniman untuk membuat konsep visual yang tak terhitung jumlahnya hanya dengan menekan satu tombol, membuat proses penyampaian ide desain potensial kepada klien menjadi lebih efisien secara eksponensial. Memberi pengguna beberapa opsi 'sketsa gambar mini' AI yang cepat akan memungkinkan seniman menyelesaikan karya mereka lebih cepat, karena mereka tidak akan menghabiskan waktu untuk membuat visual awal.
Karya seni yang difabrikasi tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengganti melainkan sebagai batu loncatan bagi hasil kreatif seniman itu sendiri. AI bahkan dapat menawarkan pilihan desain yang tidak akan terpikirkan oleh seniman sebelumnya, kata Belsky. Mengintegrasikan teknologi ini ke dalam peralatan seniman berpotensi memberi mereka “keunggulan menuju terobosan.”
Belsky menggambarkan dua tipe pengguna AI generatif yang berbeda: mereka yang berorientasi pada hasil, dan mereka yang berorientasi pada proses.
Individu yang berorientasi pada hasil kurang tertarik pada detail produk akhir dan lebih fokus pada penerimaan produk itu sendiri. Misalnya, jika seseorang yang berorientasi pada hasil meminta program AI untuk menghasilkan gambar 'koboi di luar angkasa', mereka akan dengan senang hati menggunakan gambar pertama yang disajikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kecepatan keluaran adalah kuncinya.
Di sisi lain, individu yang berorientasi pada proses melihat apa yang dihasilkan oleh program AI dan menggunakannya sebagai alat untuk menciptakan sesuatu yang unik untuk kebutuhan mereka. Dengan memasukkan perintah yang sama, mereka mungkin tertarik dan meniru komposisi keseluruhan dari salah satu keluaran tetapi akan menggerakkan lengan koboi ke posisi tertentu atau melakukan sejumlah pengeditan lain untuk membuat karya akhir yang sesuai dengan keinginan mereka.
CORNELL.EDU
Pilihan editor: Gibran Ganti Foto Pprofil Twitter, Pakai AI Dinilai Bebal dan Diajari Cara Berterima Kasih