Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 100 anak di dunia mengidap autism atau gangguan spektrum autisme (ASD). Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat dalam laman resminya, ada sekitar 2,4 juta penyandang autism pada 2018. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah 500 orang setiap tahunnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Studi di Amerika pada 2018 menunjukkan, 1 dari 27 anak laki-laki mengidap autisme. Sedangkan hanya 1 dari 116 anak perempuan yang mengalaminya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) dalam laman cdc.gov, Kamis, 31 Maret 2022, menyatakan autisme adalah cacat perkembangan yang disebabkan oleh perbedaan di otak. Menurut CDC penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Tetapi, penelitian terbaru menunjukkan tidak ada penyebab tunggal autisme.
Menurut Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke (NINDS), baik genetika dan lingkungan bisa menyebabkan seseorang mengembangkan ASD. Dilansir dari Healthline, Senin, 1 November 2021, ada beberapa faktor risiko yang dicurigai menyebabkan anak menjadi autis, antara lain:
- memiliki anggota keluarga dekat yang autis
- mutasi genetik tertentu
- sindrom X rapuh dan kelainan genetik lainnya
- berat badan lahir rendah
- ketidakseimbangan metabolisme
- paparan logam berat dan racun lingkungan
- riwayat ibu dengan infeksi virus
- paparan janin terhadap obat asam valproat atau thalidomide (Thalomid)
Kondisi autisme, menurut Al Jazeera, Sabtu, 2 April 2022, umum terjadi pada orang dari etnis dan kelompok sosial manapun. Namun, anak laki-laki lebih cenderung terkena kondisi ini.
Studi di Amerika pada 2018 menunjukkan, 1 dari 27 anak laki-laki mengidap autisme. Sedangkan hanya 1 dari 116 anak perempuan yang memiliki kondisi ini. Ini menunjukkan anak laki-laki empat kali lebih sering didiagnosis autisme daripada anak perempuan.
Kenali Gejalanya
Mengenali gejala bisa membantu pengenalan dan penanganan penyakit autis lebih cepat. Setiap anak bisa saja memiliki gejala yang berbeda.
Gejala autisme yang paling umum adalah gejala sosial, berupa sulit melakukan kontak mata dengan orang lain dan sulit berteman atau berinteraksi dengan orang lain. Gejala lainnya yang umum adalah gejala komunikasi, berupa mulai berbicara pada usia lebih tua daripada anak-anak lain atau bahkan tidak berbicara sama sekali, tidak menggunakan ucapan dalam lingkungan sosial ketika sudah dapat berbicara, dan mengulangi kata atau frasa (echolalia) atau mengulang bagian dialog dari TV atau film.
Anak autis cenderung melakukan gerakan berulang, seperti mengayunkan atau mengepakkan jari atau tangan. Mereka membutuhkan rutinitas, semacam “ritual” kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Mereka juga terlalu sensitif atau kurang sensitif terhadap hal-hal tertentu di sekitarnya, seperti cahaya, suara, sentuhan, atau rasa.
Baca juga: Ini Bulan Peduli Autisme, Apa Itu ASD?
AMELIA RAHIMA SARI